KOMPAS.com - Setahun terakhir, perkembangan ilmu pengetahuan mengungkap temuan-temuan baru mengenai alam semesta, terutama terkait makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Para peneliti mengungkap berbagai temuan yang mencengangkan lantaran mampu mengubah persepsi yang selama ini diketahui manusia.
Penemuan tersebut berupa hasil penelitian fosil hingga alat inovasi terbaru yang mengandalkan sistem teknologi, seperti Artificial Intelligence (AI).
Dilansir dari National Geographic, berikut temuan paling menakjubkan sepanjang tahun 2023:
Untuk pertama kalinya, data radio selama 15 tahun lamanya mendeteksi adanya gelombang gravitasi frekuensi rendah yang bergerak melintasi galaksi pada 29 Juni 2023.
“Ini adalah berita besar,” kata ketua konsorsium Observatorium Nanohertz Amerika Utara untuk Gelombang Gravitasi (Nanograv), Stephen Taylor, dikutip dari The Guardian.
Gelombang ini diperkirakan tercipta selama ribuan tahun oleh lubang hitam supermasif yang massanya mencapai milyaran kali massa Matahari.
Sebelumnya, Albert Einstein pertama kali meramalkan keberadaan gelombang gravitasi seabad yang lalu.
Temuan baru ini menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak lubang hitam raksasa di alam semesta daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Jenis gelombang gravitasi ini dapat membantu mengungkap detail asal-usul alam semesta.
Baca juga: Situs Fosil Langka di Argentina Ungkap Pemandangan Hari-hari Akhir Dinosaurus Sebelum Punah
Peneliti dari University of Texas di Austin berhasil menemukan alat berbasis sistem Artificial Intelligence (AI) yang mampu menerjemahkan aktivitas otak seseorang menjadi teks.
Temuan ini dapat membantu mereka yang kehilangan kemampuan berbicara.
Ahli saraf yang memimpin penelitian di Universitas Texas di Austin Dr Alexander Huth mengaku terkejut dengan temuan alat ini.
"Kami agak terkejut bahwa cara ini berhasil dengan baik. Saya telah mengerjakan ini selama 15 tahun. Jadi sungguh mengejutkan dan mengasyikkan ketika akhirnya berhasil," ungkapnya, dikutip dari The Guardian.
Alat semantik ini tidak memerlukan implan bedah, tetapi mengandalkan pemindaian MRI fungsional untuk menangkap aktivitas otak dalam menanggapi hal-hal seperti podcast atau gambar.
Baca juga: Sama-sama Peninggalan Masa Lampau, Ini Perbedaan Fosil dan Artefak