Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Influencer AS Terkena Bakteri Pemakan Daging Setelah Suntik Vitamin Peluruh Lemak, Begini Kisahnya

Kompas.com - 25/10/2023, 20:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang influencer kebugaran bernama Beatriz Amma (26) mengatakan bahwa suntikan vitamin penghilang lemak telah merusak kulitnya hingga membuatnya tampak seperti terkena cacar monyet.

Amma pergi ke spa dan menghabiskan 800 dollar AS (Rp 12,7 juta) untuk suntikan vitamin B12 yang dicampur dengan vitamin C dan asam deoksikolat, yang merupakan pelarut lemak yang populer, dikutip dari Dailymail, Senin (23/10/2023).

Namun setelah melakukan suntik vitamin, dalam beberapa jam ia justru merasa tidak sehat dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

Amma sempat mengira bahwa dirinya menderita cacar monyet setelah melihat bekas-bekas merah yang timbul di kulitnya.

Kini, tiga tahun kemudian, Amma masih menderita komplikasi dan mengonsumsi obat untuk mencegah gejalanya.

Lantas, bagaimana awal mulanya?

Baca juga: Kisah Tessa Hansen-Smith yang Alergi Air: Tetes Hujan, Minuman, dan Air Mata Membuatnya Tersiksa


Habiskan Rp 3,8 juta per sesi

Amma yang mengunjungi klinik yang tidak disebutkan namanya di Burbank, California pada musim semi 2021 mengatakan bahwa semuanya tampak sangat sah, bersih, dan profesional.

Staf di spa menyarankan, semakin banyak suntikan maka akan semakin baik pula hasilnya, dan akan lebih efektif jika melakukan suntikan di lebih dari satu area.

"Dia bilang itu dibuat oleh perusahaan yang sangat bereputasi dan dia menunjukkan padaku botol-botol itu. Saya sangat bersemangat," kata Amma.

Amma menghabiskan biaya sekitar Rp 3,8 juta per sesi suntikan penghilang lemak.

Suntikan tersebut menggunakan asam deoksikolat, asam empedu yang dibuat oleh tubuh, lalu disuntikkan ke dalam tubuh untuk melarutkan sel-sel lemak.

Baca juga: Kisah Rika Astria, Didiagnosis Jantung Rematik di Usia 25 Tahun akibat Gigi Berlubang

Lakukan 60 suntikan di beberapa bagian tubuh

Dilansir dari The Sun (20/10/2023), Amma melakukan sekitar 60 suntikan, dengan 10 suntikan diberikan di masing-masing lengan, 20 di punggung, dan 20 di perut.

Namun, di keesokan paginya ketika ia bangun tidur, Amma mengalami demam, menggigil, dan keringat dingin yang semakin parah sepanjang hari.

Dua hari kemudian, muncul bekas luka di kulitnya di tempat dia disuntik.

Kendati demikian, kata Amma, dokter meyakinkan bahwa gejalanya tidak perlu dikhawatirkan.

Setelah itu, ia pindah ke rumah rekan kerjanya karena kesulitan mengenakan pakaian, pergi ke kamar mandi, dan berpakaian.

Amma mengaku dirinya seperti "membusuk" di tempat tidur, dengan kulitnya pecah-pecah dan tubuhnya seperti "memakan dirinya sendiri".

Setelah dua minggu tinggal bersama temannya, ia lalu dilarikan ke rumah sakit ketika mulai menderita sakit parah dan rekannya takut dia akan mati.

"Saya terbangun sambil menangis pada jam 3 pagi suatu malam dan berpikir 'Saya harus pergi ke UGD'. Rasa sakitnya sangat menyiksa. Infeksinya ada di mana-mana," kata Amma.

Baca juga: Kisah Bila, Alami Batu Ginjal padahal Rutin Minum Air Putih, Ternyata Ini Kebiasaanya

Didiagnosis nekrosis

Selanjutnya, setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menemukan bahwa Amma menderita nekrosis, yaitu kematian jaringan tubuh akibat infeksi.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, dokter meyakini bahwa asam deoksikolat tidak disuntikkan dengan benar. Sehingga ini menyebabkan abses mikobakterium subkutan, penyakit kulit akibat bakteri pemakan daging.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, bakteri itu dapat ditemukan di air, tanah, dan debu serta dapat mencemari peralatan medis.

Orang yang menerima suntikan tanpa didesinfeksi kulitnya akan berisiko terkena Mycobacterium abscessus, yang merupakan satu keluarga bakteri yang sama dengan bakteri penyebab tuberkulosis dan kusta.

Gejalanya berupa bisul berisi nanah, demam, menggigil, dan nyeri otot. Tes darah atau sampel yang diambil dari daerah yang terinfeksi diperlukan untuk memastikan infeksi tersebut.

Perawatan termasuk mengeluarkan nanah, menghilangkan jaringan yang terinfeksi, dan pemberian antibiotik jangka panjang.

Amma merasa cemas ketika dokter menyatakan bahwa ia tidak akan bisa mengenakan bikini karena orang-orang akan mengira dia menderita cacar monyet.

Amma mengatakan bahwa dirinya merasa khawatir dalam menemukan pasangan atau bagaimana menjelaskan penyakitnya kepada anak-anaknya suatu hari nanti.

Baca juga: Kisah soal Penculik Jengkel dan Membebaskan Korbannya karena Sang Anak Terus Menyanyikan Lagu Gospel

Berangsur-angsur membaik

Pada Maret 2022, luka Amma sudah kian membaik, akan tetapi ia harus tetap mendapat antibiotik IV selama enam jam sehari.

Antibiotik IV adalah antibiotik yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui suntikan atau melalui kateter.

Dia beralih ke antibiotik oral pada September 2022, namun dia berhenti meminumnya pada Februari 2023.

Kemudian, pada Juli 2023 ketika penyakitnya muncul kembali, Amma terpaksa memulai pengobatannya lagi.

"Butuh waktu hampir satu tahun penuh untuk menyembuhkan luka saya. Saya menjalani banyak operasi untuk mencoba menghilangkan sebanyak mungkin jaringan yang terinfeksi," kata Amma.

"Saya sekarang memulai pengobatan lagi. Dampaknya sangat berat bagi tubuh. Saya berada di tahun ketiga dan ini masih belum berakhir," imbuhnya.

Amma berharap dapat menyebarkan kesadaran tentang penyakit yang dideritanya dan berharap dapat menginspirasi orang lain untuk bersikap positif terhadap tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com