Sejalan dengan itu, dilansir dari laman Healthline, insomnia bisa terjadi karena rasa cemas, dan hubungan antara keduanya bisa terjadi dua arah.
Seseorang mungkin merasa sulit untuk tertidur ketika ia tidak dapat menenangkan perasaan khawatir dan takut yang terus-menerus.
Sebaliknya, insomnia kronis bisa membuat mereka merasa cemas karena tidak bisa tidur, dan membuat lebih sulit mengelola emosi yang tidak diinginkan di siang hari.
Baca juga: 7 Penyebab Insomnia yang Sering Disepelekan, Apa Saja?
Selain itu, ada bukti lain yang menunjukkan adanya hubungan erat antara insomnia dan depresi.
Sebuah meta-analisis tahun 2016 terhadap 34 penelitian menyimpulkan bahwa kurang tidur, terutama saat stres, tampaknya meningkatkan risiko depresi secara signifikan.
Dalam sebuah penelitian tahun 2018 yang melibatkan 1.126 orang dewasa yang tidak memiliki diagnosis insomnia atau depresi saat penelitian dimulai.
Diketahui, risiko depresi meningkat karena gejala insomnia yang terus-menerus memburuk seiring berjalannya waktu.
Terlebih lagi, masalah kesulitan tidur, termasuk insomnia, juga menjadi salah satu gejala utama depresi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.