Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata TNBTS soal Rencana Calon Pengantin "Prewedding" Sebabkan Kebakaran di Bromo Laporkan Petugas

Kompas.com - 17/09/2023, 12:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebakaran hebat melanda bukit savana Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur pada Rabu (6/9/2023). Api baru berhasil dipadamkan pada Rabu (13/9/2023).

Kebakaran di Bromo diketahui terjadi akibat penggunaan flare saat aktivitas pemotretan foto prewedding yang dijalani HP (38) bersama pasangannya.

Menyusul kejadian itu, manajer wedding organizer (WO) berinisial AWEW (41) ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi.

Sementara HP dan pasangannya telah meminta maaf atas kebakaran ini kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat pada Jumat (15/9/2023).

Namun, pasangan tersebut kemudian berencana melaporkan petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ke polisi atas dugaan kelalaian pengamanan.

Baca juga: Kebakaran di Bromo Akhirnya Padam, Bisakah Rumput di Savana Tumbuh Lagi?


Laporkan petugas TNBTS ke polisi

Kuasa hukum saksi dan tersangka kebakaran Bromo, Mustadji membenarkan rencana pelaporan petugasTNBTS ke polisi.

“Saya juga akan memberikan pembelaan kepada tersangka, kalau itu harus dilanjut di peradilan. Saya juga akan melaporkan balik petugas TNBTS karena tidak memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen, yaitu wisatawan,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (16/9/2023).

Mustadji mengungkapkan, tidak ada pemeriksaan kepada kliennya sebelum kejadian. Barang bawaan wisatawan juga dia klaim tidak diperiksa.

Menurutnya, hal tersebut menunjukkan petugas terkesan melakukan pembiaran kepada wisatawan.

“Ini merupakan masukan dari kepala desa dan termasuk romo dukun mengatakan begitu. Untuk konsep foto dengan flare (suar) memang dari pihak wedding organizer dan disetujui oleh klien,” kata dia.

Baca juga: Jadi Satu-satunya Tersangka Kebakaran di Bromo, Ini Peran Manajer WO Prewedding

Tanggapan TNBTS

Foto udara kondisi lahan pasca kebakaran di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (15/9/2023). Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memastikan bahwa kebakaran yang terjadi sejak Rabu (6/9) di kawasan hutan dan lahan Gunung Bromo telah berhasil dipadamkan, diperkirakan luas area yang terbakar mencapai 500 hektare.ANTARA FOTO/Muhammad Mada Foto udara kondisi lahan pasca kebakaran di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (15/9/2023). Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memastikan bahwa kebakaran yang terjadi sejak Rabu (6/9) di kawasan hutan dan lahan Gunung Bromo telah berhasil dipadamkan, diperkirakan luas area yang terbakar mencapai 500 hektare.
Kepala Bagian Tata Usaha TNBTS Septi Eka Wardani mengatakan, pihaknya enggan mengomentari rencana pelaporan dari pasangan tersebut.

"Yang pasti, kami menyikapi hal yang terjadi secara proporsional, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (17/9/2023).

Sementara terkait rencana pembukaan kembali kawasan Bromo yang ditutup sejak Rabu (10/9/2023) pukul 19.00 WIB, Septi menyatakan sedang mengkaji kesiapannya.

"Semoga dalam waktu beberapa hari ini bisa dibuka kembali," ujarnya.

Menurutnya, padang rumput yang hangus terbakar diperkirakan membutuhkan waktu 2-3 bulan setelah turun hujan untuk bisa tumbuh lagi.

Baca juga: Update Kebakaran di Bukit Teletubbies Bromo, 50 Hektar Lahan Hangus

Pengunjung bisa lihat aturan sebelum masuk

Septi juga enggan mengomentari soal keberadaan petugas yang memeriksa pengunjung maupun barang bawaannya sebelum masuk ke kawasan taman nasional.

Meski begitu, ia menegaskan pengunjung seharusnya mengetahui aturan dan larangan yang berlaku sebelum masuk.

"Setelah booking online dan pembelian tiket berhasil, artinya sudah diizinkan masuk. Nanti tiket tersebut akan di cek barcode-nya oleh petugas di pintu masuk," jelasnya.

Menurut Septi, pengunjung sudah bisa membaca aturan masuk ke dalam kawasan taman nasional saat melakukan pembelian tiket.

Ketentuan tersebut berada di halaman depan situs pembelian tiket sebelum transaksi selesai dilakukan. Menurutnya, pengunjung harus membaca ketentuan itu terlebih dahulu.

"Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, apa yang boleh dan tidak boleh dibawa, ada semua dalam web booking online kami," tegasnya.

Ketentuan tersebut juga diunggah melalui media sosial, bahkan diatur untuk selalu berada di unggahan paling atas.

Septi berharap pengunjung yang akan masuk ke TNBTS harus membaca dengan teliti setiap ketentuan masuk dan beraktivitas dalam kawasan tersebut.

"(Baca juga) papan-papan informasi, imbauan, dan peringatan yang kami pasang di sepanjang jalur wisatawan," tandasnya.

Baca juga: Kronologi Kebakaran di Bukit Teletubbies dan Informasi Penutupan Wisata Bromo...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com