Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Alam atau Konflik Manusia, Mengapa Banjir di Libya Menewaskan Puluhan Ribu Orang?

Kompas.com - 15/09/2023, 16:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Para ahli memperkirakan 30 juta meter kubik air dilepaskan ketika bendungan jebol. Ini setara dengan 12.000 kolam renang ukuran Olimpiade.

Di sisi lain, perbedaan tinggi antara kedua bendungan menyebabkan hantaman air dengan kekuatan yang lebih besar. 

Kerusakan itu menyebabkan air bendungan mengalir menuju Derna sejauh sekitar 12 km, turun melalui sungai, dan akhirnya mencapai laut.

Luasnya wilayah jangkauan aliran air bendungan dan hantaman air yang besar menyebabkan dampak bencana yang lebih parah.

Baca juga: Mengenal Badai Daniel, Penyebab Banjir Bandang di Libya yang Tewaskan 2.500 Orang

Konflik pemerintah

Perdana Menteri Libya Abdulhamid al-Dbeibah.AFP/MAHMUD TURKIA Perdana Menteri Libya Abdulhamid al-Dbeibah.
Diberitakan AP News (13/9/2023), konflik pemerintahan Libya yang terjadi sejak 2014 ikut memengaruhi upaya keselamatan korban banjir di negara tersebut.

Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah memimpin Libya wilayah barat di ibu kota Tripoli dengan diakui secara internasional.

Namun, perdana menteri saingannya, Ossama Hamad memimpin pemerintahan di wilayah timur yang berpusat di Kota Benghazi dengan dukungan komandan militer Khalifa Hiftar.

Baca juga: 1 September 1969, Muammar Gaddafi Pimpin Kudeta Libya

Dua pemerintah yang bersaing ini secara terpisah berjanji untuk membantu penyelamatan di daerah yang terkena dampak banjir. Mereka tidak bekerja sama.

Negara-negara dunia juga memiliki salah satu pihak yang didukung.

Mesir, Rusia, Yordania, dan Uni Emirat Arab mendukung pasukan Hifter. Pemerintahan Libya barat didukung oleh Turki, Qatar, dan Italia.

Hingga Selasa (12/9/2023), bantuan ke wilayah timur Libya yang dipimpin militer belum sampai ke warga.

Baca juga: UPDATE Banjir dan Longsor di Korsel: Korban Tewas Tembus 40 Orang, 10.765 Mengungsi

Analis senior Libya di International Crisis Group, Claudia Gazzini mengatakan perselisihan politik dan kerusakan jalan menuju wilayah tersebut rusak akibat badai menyebabkan masalah logistik.

“Upaya internasional untuk mengirimkan tim penyelamat harus melalui pemerintah yang berbasis di Tripoli,” kata Gazzini.

Pemberian bantuan di wilayah Libya harus disetujui oleh pemerintahan Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah. Dia ragu pemerintah Ossama Hamad bisa mengatasi masalah ini sendirian.

Baca juga: Penyebab Mengapa Banjir di Libya Begitu Besar dan Menewaskan Ribuan Orang...

Kondisi negara

Orang-orang berjalan melewati mayat korban banjir bandang Libya di belakang truk pikap di Derna, 11 September 2023. Banjir di Libya timur menewaskan lebih dari 5.200 orang di kota pesisir Mediterania, Derna.AFP Orang-orang berjalan melewati mayat korban banjir bandang Libya di belakang truk pikap di Derna, 11 September 2023. Banjir di Libya timur menewaskan lebih dari 5.200 orang di kota pesisir Mediterania, Derna.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com