Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Bau Bangkai Meresahkan yang Ternyata Ribuan Kelelawar Mati di Tangerang, Bagaimana Ceritanya?

Kompas.com - 01/09/2023, 07:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan mengenai munculnya bau bangkai yang ternyata berasal dari ribuan kelelawar mati viral di media sosial.

Unggahan video tersebut dibuat oleh akun TikTok @irham12firdaus, Selasa (29/8/2023).

"Bau bangkai yang membuat geger warga Tangerang," tulis akun tersebut.

Dalam video itu juga terdengar seseorang yang mengungkapkan upaya pencarian asal bau bangkai yang dikhawatirkan adalah bau bangka manusia.

"Pencarian bau bangkai guys, yang dikhawatirkan bau bangkai manusia katanya. ini sudah ada Binamas, Satpol PP Pak Lurah, dan TNI," kata suara dalam video tersebut.

@irham12firdaus heran gua mah ama tiktok .. informasi kaya gini di baned giliran orang telanjang lolos sensor WTF #horor #fyoupage #tangerang ? suara asli - manusia bodoh

Hingga Kamis (31/8/2023), unggahan itu telah dilihat lebih dari 5 juta kali dan disukai lebih dari 121.000 pengguna.

Dalam postingan selanjutnya, pengunggah membagikan video lanjutan yang menerangkan bahwa bau bangkai tersebut ternyata berasal dari ribuan kelelawar mati.

"Mohon doanya agar sampel bangkai kelelawar yang dibawa untuk diuji lab tidak mengeluarkan hasil seperti virus baru dll," tulis pengunggah.

Diketahui, lokasi penemuan bangkai ribuan kelelawar itu berada di Desa Rajeg, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten.

Lantas, bagaimana cerita munculnya bau bangkai yang ternyata berasal dari ribuan kelelawar mati itu?

Baca juga: Ramai soal Pelihara Ikan di Bak Mandi, Apakah Aman?

Cerita pengunggah

Kompas.com menghubungi pemilik akun, Irham terkait video yang ia unggah di TikTok.

Ia menceritakan, awalnya warga sekitar mencium bau tidak sedap layaknya bau bangkai binatang.

Warga semula berpikir hal tersebut masih wajar dan mengira bau akan hilang dengan sendirinya setelah satu atau dua hari.

"Eh ternyata udah satu minggu berlalu baunya tak kunjung hilang, malah makin bertambah bau," kata Irham, Kamis (31/8/2023).

Karena bau tersebut tak kunjung hilang, warga kemudian mulai merasa resah dan mencoba mencari tahu asalnya.

Baca juga: Ramai soal Hujan Abu Tipis di Yogyakarta, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Warga melakukan penelusuran

Irham mengatakan, warga bersama aparat terkait kemudian melakukam penelusuran ke rumah-rumah warga dan gedung-gedung walet di wilayah setempat.

Terdapat empat gedung walet yang didatangi. Setelah mendapatkan izin pemiliknya, gedung walet itu diperiksa dan tak ditemukan apa-apa.

Namun, ada satu gedung yang menurut Irham cukup sulit untuk dimasuki karena sudah lama terbengkalai dan dalam posisi terkunci.

Karena mengalami kesulitan, pencarian di gedung tersebut kemudian baru bisa dilakukan keesokan harinya.

"Sudah dapat persetujuan dari RT, RW, lurah, Binamas, camat, Damkar, TNI, dan bidan desa untuk membuka paksa gedung walet yang terbengkalai dan tergembok tersebut, karena warga sudah yakin bau tersebut berasal dari gedung itu," ujar Irham.

Baca juga: Ternyata, Ini Alasan Kelelawar Tidur Terbalik

Benar saja, pada Selasa (29/8/2023) diketahui bahwa gedung tersebut menjadi lokasi sumber bau.

Irham mengatakan, di dalam gedung tersebut didapati banyak kelelawar mati. Bangkai kelelawar tersebut kondisinya sudah dimakan belatung.

"Diperkirakan jumlahnya ada ribuan," ujarnya.

Menurutnya, bangkai kelelawar itu kemudian dikumpulkan dalam 13 karung dan dikubur di dekat lokasi penemuan.

Sebelum dikubur, sampel dari bangkai kelelawar tersebut diambil untuk dilakukan pengujian di laboratorium.

Baca juga: Kampung Pemburu Kelelawar di Kulon Progo, Berburu Hanya Saat Musim Kemarau

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com