Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menelusuri Semantika "Childfree"

Kompas.com - 10/08/2023, 06:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setiap insan berhak asasi memilih berapa jumlah anak mulai dari nol sampai dengan 20 asal mampu mempertanggung-jawabkan dampak ekonomisnya.

Selama keputusan masing-masing tidak merugikan orang lain maka masalah punya anak dua atau satu atau tidak punya anak tidak perlu dipermasalahkan.

Pada hakikatnya punya anak atau tidak punya anak sama-sama merupakan hak asasi setiap insan manusia selaras dengan makna luhur Bhinneka Tunggal Ika.

Kitab Suci agama Nasrani berkisah Jesus Kristus tidak menikah maka tidak punya anak.

Sementara para tokoh ulama Katolik termasuk Kardinal, Uskup dan Sri Paus juga hidup selibat maka juga “childfree”.

Peradaban umat manusia yang adil dan beradab adalah mereka yang memilih hidup tanpa punya anak, namun tidak memaksakan pilihan hidup mereka kepada mereka yang memilih hidup dengan punya anak. Maupun sebaliknya.

Harkat dan martabat manusia yang punya anak pada hakikatnya setara harkat dan martabat manusia yang tidak punya anak, baik berdasar pilihan maupun kodrat biologis.

Harkat dan martabat insan manusia yang tidak punya anak tidak lebih rendah ketimbang insan manusia yang punya anak selusin.

Sebaliknya harkat-martabat insan manusia yang “childless” juga tidak lebih tinggi ketimbang yang punya anak.

Harkat dan martabat setiap insan manusia memang lebih ditentukan bukan oleh kuantitas anaknya, namun kualitas budi pekerti diri sendiri masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com