"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," kata Tiko, sapaan akrabnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Selasa (1/8/2023).
Menurutnya, tikungan tersebut kurang lebar, sehingga kecepatan kereta melambat.
Baca juga: Mengenal Profesi Masinis, Berapa Jam Mereka Menjalankan Kereta Api?
Selain salah desain, Tiko mengatakan, 31 kereta LRT Jabodebek memiliki spesifikasi yang berbeda-beda.
Dalam pengerjaannya, ada 6 komponen yang terlibat, di antaranya prasarana digarap oleh PT Adhi Karya, kereta oleh PT INKA, dan software development oleh Siemens.
Sayangnya, tidak ada penghubung di antara banyaknya komponen di dalamnya.
Akibatnya, banyak terjadi kesalahan koordinasi, termasuk terkait keluhan Siemens terhadap 31 kereta LRT Jabodebek yang ternyata memiliki spesifikasi berbeda-beda.
Hal ini menyebabkan sistem perangkat lunak harus diperbaiki, sehingga membutuhkan biaya lebih tinggi.
Baca juga: Sanksi Baru bagi Penumpang Kereta yang Sengaja Turun Lebih dari Stasiun Tujuan di Tiket
(Sumber: Kompas.com/Yohana Artha Uly, Isna Rifka Sri Rahayu | Editor: Akhdi Martin Pratama, Aprillia Ika, Erlangga Djumena
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya