Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Dingin Akhir-akhir Ini Disebut Terjadi karena Aphelion, BMKG: Tidak Berpengaruh

Kompas.com - 08/07/2023, 21:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial ramai membicarakan suhu dingin akhir-akhir ini yang dikaitkan dengan fenomena aphelion.

Informasi tersebut salah satunya disebarkan oleh akun Twitter ini pada Jumat (7/7/2023) pagi. Hal serupa dituliskan kembali oleh akun ini pada Kamis (6/7/2023) pagi.

"Kenapa akhir-akhir ini dingin & banyak flu batuk meriang. Coz indo mengalami fenomena aphelion (di mana letak bumi akan sangat jauh dari matahari). Kita hanya bisa merasakan dampaknya," narasi warganet.

Lantas, benarkah suhu dingin di Indonesia dipengaruhi fenomena aphelion?

Baca juga: Musim Kemarau, BMKG Ungkap Potensi Hujan Masih Berlanjut hingga Pekan Depan


Suhu dingin tak ada hubungan dengan aphelion

Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sunardi, membantah informasi suhu dingin disebabkan fenomena aphelion.

Aphelion adalah kondisi saat jarak Bumi dengan Matahari berada pada titik terjauh. Menurutnya, fenomena astronomis ini memang terjadi setahun sekali pada sekitar Juli.

"Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan Bumi," terangnya kepada Kompas.com, Sabtu (8/7/2023).

Sunardi menjelaskan, fenomena suhu udara dingin sebenarnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni antara Juli-September.

Adapun saat ini, wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) terpantau tengah memasuki musim kemarau.

Periode kemarau tersebut ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur ke tenggara yang berasal dari Benua Australia.

Sementara itu, di Australia saat ini berada dalam periode musim dingin. Pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia pun menyebabkan pergerakan massa udara dari benua itu menuju Indonesia.

"Atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia," jelas Sunardi.

Dia melanjutkan, Monsoon Dingin Australia bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin.

Akibatnya, suhu di beberapa wilayah Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa, yaitu Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terasa lebih dingin.

Baca juga: Ramai soal Kiamat Internet Berbulan-bulan Dapat Terjadi, NASA Lakukan Prediksi dengan AI

Minimnya awan juga sebabkan suhu dingin

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu dingin pada malam hari.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com