Kondisi tersebut mengakibatkan kesalahan navigasi dan bencana yang signifikan.
Teori populer lainnya adalah bahwa kapal-kapal yang hilang ditumbangkan oleh apa yang disebut "rogue waves", yaitu gelombang besar yang dapat mencapai ketinggian hingga 30,5 meter.
Secara teoritis, gelombang tersebut cukup kuat untuk menghancurkan semua bukti keberadaan kapal atau pesawat terbang.
Apalagi Segitiga Bermuda terletak di area Samudra Atlantik, di mana badai dari berbagai arah dapat bertemu, membuat gelombang besar lebih mungkin terjadi.
Baca juga: 5 Pulau Terpencil di Dunia, Ada yang Dihuni oleh Hanya 269 Penduduk
Sejalan dengan itu, dilansir National Ocean Service, beberapa penjelasan terkait misteri tersebut lebih didasarkan pada sains.
Ini termasuk gas samudera, yakni gas metana yang meletus dari sedimen laut, dan gangguan pada garis aliran geomagnetik.
Selain itu, pertimbangan lingkungan dapat menjelaskan banyak hal terkait penyebab penghilangan kapal dan pesawat di Segitiga Bermuda.
Sebagian besar badai dan angin topan tropis Atlantik melewati kawasan Segitiga Bermuda, dan pada hari-hari sebelum prakiraan cuaca membaik, badai berbahaya ini bisa “menelan” banyak kapal.
Selain itu, arus teluk juga dapat menyebabkan perubahan cuaca yang cepat, dan terkadang ganas.
Apalagi banyaknya pulau di Laut Karibia yang menciptakan wilayah perairan dangkal yang berbahaya bagi navigasi kapal.
Dan ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Segitiga Bermuda adalah tempat di mana kompas "magnetik" kadang-kadang mengarah ke arah utara yang "sebenarnya", berlawanan dengan utara "magnetik".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.