KOMPAS.com - Sejumlah warganet merasa aneh ketika mendengar adanya siklon tropis bernama "Herman".
Melalui kolom komentar di cuitan akun Twitter Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), @infoBMKG, salah satu warganet mempertanyakan soal nama siklon tropis "Herman".
"Namanya emang Herman ya min," demikian tulis warganet tersebut.
Dalam cuitannya pada Kamis (30/3/2023), BMKG melaporkan perkembangan siklon tropis Herman yang terpantau di Samudera Hindia sebelah selatan Banten.
Baca juga: Siklon Tropis Herman Picu Cuaca Ekstrem di Indonesia, sampai Kapan Terjadi?
Namanya emang Herman ya min ?????????
— salep 88 (@erwinykc) March 30, 2023
Warganet ini juga mempertanyakan mengapa siklon tropis tersebut dinamai Herman.
"Min kenapa nama badainya herman?" tanya salah satu warganet.
Selanjutnya, warganet ini berasumsi bahwa Herman yang dijadikan nama siklon tropis identik dengan nama di Indonesia.
"Dari sekian banyak nama kenapa nama skilonnya siklon herman serius nanya, fyi nama bapak gue bukan herman sih, tapi ni siklon kek indo banget, herman," tulis warganet tersebut.
dari sekian banyak nama kenapa nama skilonnya siklon herman serius nanya???? fyi nama bapak gue bukan herman sih, tapi ni siklon kek indo banget, herman???? https://t.co/hEYcXQxDfM
— aleazetta (@aleazetta_) March 30, 2023
Lantas, bagaimana penjelasan BMKG mengenai siklon tropis bernama Herman itu?
Baca juga: Bagaimana Asal-usul Nama Bibit Siklon 94W, Siklon Tropis Nyatoh, dan Teratai?
Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, pemberian nama siklon tropis Herman menjadi tanggung jawab Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Australia.
"Karena tumbuh dan berkembang menjadi siklon tropis di wilayah TCWC Australia," ujar Guswanto, saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (31/3/2023).
Ia mengatakan, kewenangan pemberian nama siklon tropis ada di TCWC sesuai area masing-masing.
Selain memberikan nama pada siklon tropis, TCWC bertanggung jawab juga menyediakan informasi mengenai lokasi, kekuatan, hingga prediksi pergerakannya.
"Serta, dampak cuaca yang akan ditimbulkan oleh siklon yang tumbuh dari wilayah tersebut," tutur Guswanto.
Baca juga: Peringatan soal Siklon Freedy dan Dampak yang Ditimbulkannya...
Menurut Guswanto, nama siklon tropis bisa berbeda-beda.
Hal itu sangat tergantung dari munculnya siklon tropis yang menjadi tanggung jawab masing-masing Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis atau TCWC tadi.
"Bila tumbuhnya di area of responsibility Jakarta (TCWC Jakarta) maka BMKG telah menyiapkan list nama-nama bunga, misalnya Seroja," kata dia.
"Karena TC Herman ini muncul di area of responsibility dari TCWC Australia, maka mereka memberikan nama Herman, sesuai list nama orang yang telah mereka siapkan," imbuh Guswanto.
Baca juga: Siklon Tropis Teratai Sudah Punah, Tersisa Siklon Nyatoh, Ini Dampaknya ke Indonesia
Guswanto menuturkan, guna mengidentifikasi sebuah siklon tropis, biasanya diberi nama yang unik dan mudah diingat.
Dulu, lanjutnya, siklon tropis diberi nama unik yang feminim seperti Any, Betty, Charly, dan sejenisnya.
Menurutnya, hal itu dimaklumi karena awalnya yang memberi nama siklon tropis adalah para pelaut yang umumnya pria.
"Namun sejak tahun 1960 siklon tropis tidak lagi selalu menggunakan nama perempuan," papar Guswanto.
Praktik penamaan badai siklon tropis dengan nama unik cukup efektif dalam mengidentifikasi badai dalam pesan peringatan bahaya.
Sebab, nama-nama dianggap jauh lebih mudah diingat daripada angka dan istilah teknis.
Baca juga: Bibit Siklon Tropis Terpantau di Barat Daya Sumatera, Pengaruhi Cuaca Aceh hingga Jabar
Lebih lanjut, ia menjelaskan, terdapat sejumlah prosedur dalam penamaan siklon tropis.
Pertama, menggunakan nama-nama dari daftar yang disusun secara alfabet.
"Jadi, badai dengan nama yang dimulai dengan A, seperti Anne, akan menjadi badai pertama yang terjadi pada tahun itu demikian seterusnya hingga Z. Jika masih terjadi siklon tropis maka penamaannya kembali ke abjad A pada daftar paling awal," jelasnya.
Kedua, nama dari siklon yang bersifat merusak tidak digunakan dua kali.
"Nama-nama siklon tropis yang memberi dampak kerusakan yang hebat dan memakan korban jiwa yang besar tidak akan digunakan lagi pada tahun berikutnya," kata dia.
Nama-nama badai yang terkenal seperti Mangkhut (Filipina, 2018), Irma dan Maria (Karibia, 2017), Haiyan (Filipina, 2013), Sandy (AS, 2012), Katrina (AS, 2005), Mitch (Honduras, 1998), dan Tracy (Darwin, 1974) merupakan contoh yang tidak akan digunakan lagi.
Baca juga: Apa Itu Siklon Tropis dan Bagaimana Proses Terbentuknya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.