"Mereka memprediksi kondisi ini akan terjadi pada 2040 jika laju pemanasan global saat ini tidak berhasil dikurangi," ungkapnya.
Baca juga: Heboh Matahari Terbit dari Utara, Lapan: Tak Ada Hubungannya dengan Kiamat
Jika kiamat iklim atau krisis iklim akibat memanasnya suhu Bumi benar terjadi, Supari menegaskan akan ada banyak bencana yang melanda planet ini.
Ia mengungkapkan, sekitar 14 persen populasi Bumi akan berpotensi terkena gelombang panas yang parah setidaknya setiap lima tahun sekali sejak 2040.
"Di wilayah subtropis, hari-hari terpanas bahkan akan meningkat 3 derajat celcius atau lebih panas di atas suhu normalnya," jelasnya.
Suhu ekstrem terhangat akan berada di Amerika Utara, Tengah, dan Timur, Eropa Tengah dan Selatan, Mediterania (termasuk Eropa Selatan, Afrika Utara dan Timur Dekat), Asia Barat dan Tengah, serta Afrika Selatan.
Saat ini, di daerah tersebut, suhu terpanas rata-rata antara 38 hingga 57 derajat celsius.
Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2023? Ini Prediksi BMKG
Tidak hanya itu, di daerah lintang tinggi atau dekat kutub, suhu pada malam hari akan menjadi sekitar 4,5 derajat celcius lebih hangat. Saat ini, suhunya sekitar -18 derajat celsius.
Sementara itu, suhu dingin di wilayah daratan Arktik juga akan menghangat sebanyak 5,5 derajat celcius.
Selain itu, berbagai wilayah akan dilanda kekeringan karena curah hujan berkurang.
Sebaliknya, frekuensi dan intensitas curah hujan ekstrem justru akan meningkat dan dapat memicu bencana
"Indonesia berpotensi mengalami dampak-dampak tersebut di antaranya meningkatnya suhu udara, meningkatnya curah hujan ekstrem," lanjutnya.
Adapun untuk mencegah kiamat iklim terjadi pada 2040, Supardi menyebutkan beberapa solusi, antara lain: