Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Stephen Hawking Meramal Kiamat

Kompas.com - 24/02/2021, 12:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut pendapat saya yang tentu saja subyektif, ilmuwan paling popular sejak belahan akhir abad XX sampai dengan saat naskah ini ditulis adalah penulis buku supra laris The Brief History of Time yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Ilmuwan hiper popular itu adalah Stephen Hawking.

Survival

Pada tahun 2006, Stephen Hawking memposting sebuah pertanyaan terbuka di internet kepada segenap umat manusia di planet bumi:

“Di dunia yang secara politis, sosial dan lingkungan hidup sedemikian kacau-balau, bagaimana umat manusia mampu bertahan selama 100 tahun lagi?”

Pertanyaan itu disusul pernyataan. 

“Saya tidak tahu jawabannya. Maka saya mempertanyakannya agar umat manusia berpikir tentangnya dan waspada terhadap marabahaya mahaprahara yang dihadapi bersama”.

Hawking mengungkapkan kekhawatiran tentang kelestarian kehidupan di planet bumi atas ancamanan malapetaka akibat perang nuklir, pagebluk virus jenis baru yang belum ada vaksinnya, pemanasan global serta marabahaya lain yang belum terbayangkan oleh manusia.

Misalnya mahaprahara asteroid collision akan sempurna menghancur-leburkan planet bumi yang hanya bisa menyelamatkan umat manusia apabila manusia sudah berhasil membangun koloni baru di planet lainnya di galaksi Bima Sakti.

Sains

Di samping atheis, Stephen Hawking sempat sesumbar mirip Nietzche pada Muktamar Google’s Zeitgeist 2011 bahwa “filosofi sudah mati”.

Hawking menuduh para filosofer mustahil berhasil mengejar ketertinggalan terhadap perkembangan sains maka diyakini bahwa para saintis menjadi pembawa obor perjuangan manusia mengejar ilmu pengetahuan.

Hawking bersabda bahwa segenap problematika filosofikal pasti dapat terjawab oleh sains terutama teori-teori saintifik yang akan membawa umat manusia ke gambaran alam semesta dan tempat manusia baru yang sama sekali baru dan sama sekali beda gambaran yang masa kini kita miliki.

Sebagai atheis, Hawking yakin bahwa "the universe is governed by the laws of science, There is a fundamental difference between religion, which is based on authority, [and] science, which is based on observation and reason. Science will win because it works.".

Paradoks

Adalah hak asasi Stephen Hawking untuk menjadi atheis serta meyakini bahwa sains adalah satu-satunya jalan bagi umat manusia demi menyelamatkan diri dari ancaman mahadahsyat mahaprahara kiamat.

Namun tanpa mengurangi rasa hormat kepada Stephen Hawking sebagai mahamanusia, mahasaintis dan mahapemikir dengan kedigdayaan mandraguna tidak perlu diragukan lagi, mohon dimaafkan bahwa saya tidak setuju.

Secara subyektif saya menganggap pernyataan Stephen Hawking bahwa “filsafat sudah mati” merupakan paradoks terhadap pernyataan itu sendiri.

Sebab sudah jelas secara tak terbantahkan lagi bahwa pernyataan “filsafat sudah mati” pada dasarnya merupakan keyakinan Stephen Hawking sebagai hasil pemikiran yang berasal dari otak Stephen Hawking sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com