Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Stephen Hawking Meramal Kiamat

Menurut pendapat saya yang tentu saja subyektif, ilmuwan paling popular sejak belahan akhir abad XX sampai dengan saat naskah ini ditulis adalah penulis buku supra laris The Brief History of Time yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Ilmuwan hiper popular itu adalah Stephen Hawking.

Survival

Pada tahun 2006, Stephen Hawking memposting sebuah pertanyaan terbuka di internet kepada segenap umat manusia di planet bumi:

“Di dunia yang secara politis, sosial dan lingkungan hidup sedemikian kacau-balau, bagaimana umat manusia mampu bertahan selama 100 tahun lagi?”

Pertanyaan itu disusul pernyataan. 

“Saya tidak tahu jawabannya. Maka saya mempertanyakannya agar umat manusia berpikir tentangnya dan waspada terhadap marabahaya mahaprahara yang dihadapi bersama”.

Hawking mengungkapkan kekhawatiran tentang kelestarian kehidupan di planet bumi atas ancamanan malapetaka akibat perang nuklir, pagebluk virus jenis baru yang belum ada vaksinnya, pemanasan global serta marabahaya lain yang belum terbayangkan oleh manusia.

Misalnya mahaprahara asteroid collision akan sempurna menghancur-leburkan planet bumi yang hanya bisa menyelamatkan umat manusia apabila manusia sudah berhasil membangun koloni baru di planet lainnya di galaksi Bima Sakti.

Sains

Di samping atheis, Stephen Hawking sempat sesumbar mirip Nietzche pada Muktamar Google’s Zeitgeist 2011 bahwa “filosofi sudah mati”.

Hawking menuduh para filosofer mustahil berhasil mengejar ketertinggalan terhadap perkembangan sains maka diyakini bahwa para saintis menjadi pembawa obor perjuangan manusia mengejar ilmu pengetahuan.

Hawking bersabda bahwa segenap problematika filosofikal pasti dapat terjawab oleh sains terutama teori-teori saintifik yang akan membawa umat manusia ke gambaran alam semesta dan tempat manusia baru yang sama sekali baru dan sama sekali beda gambaran yang masa kini kita miliki.

Sebagai atheis, Hawking yakin bahwa "the universe is governed by the laws of science, There is a fundamental difference between religion, which is based on authority, [and] science, which is based on observation and reason. Science will win because it works.".

Paradoks

Adalah hak asasi Stephen Hawking untuk menjadi atheis serta meyakini bahwa sains adalah satu-satunya jalan bagi umat manusia demi menyelamatkan diri dari ancaman mahadahsyat mahaprahara kiamat.

Namun tanpa mengurangi rasa hormat kepada Stephen Hawking sebagai mahamanusia, mahasaintis dan mahapemikir dengan kedigdayaan mandraguna tidak perlu diragukan lagi, mohon dimaafkan bahwa saya tidak setuju.

Secara subyektif saya menganggap pernyataan Stephen Hawking bahwa “filsafat sudah mati” merupakan paradoks terhadap pernyataan itu sendiri.

Sebab sudah jelas secara tak terbantahkan lagi bahwa pernyataan “filsafat sudah mati” pada dasarnya merupakan keyakinan Stephen Hawking sebagai hasil pemikiran yang berasal dari otak Stephen Hawking sendiri.

Bobot paradoksa terkandung pada pernyataan “filsafat sudah mati!” setara dengan bobot paradoksa terkandung di dalam pernyataan mahasastrawan Indonesia, Muchtar Lubis bahwa “orang Indonesia munafik”.

Pernyataan Muchtar Lubis bahwa “orang Indonesia munafik” sertamerta berbenturan dengan dirinya sendiri akibat Muchtar Lubis sendiri adalah orang Indonesia.

Akhlak

Sebagai seorang umat Nasrani yang berupaya mematuhi ajaran Yesus Kristus tentang jangan menghakimi saya tidak berani memandang rendah sains sama halnya saya juga tidak berani memandang rendah agama.

Maka saya justru khawatir bahwa tanpa filsafat, agama, etika, moral, akhlak kearifan leluhur yang dianggap oleh Stephen Hawking sebagai sekedar khayalan abstrak mubazir belaka justru umat manusia akan diseret lalu dijebloskan oleh sains ke alam kiamat sebelum kiamat akibat perbenturan antar bintang terjadi.

Sejarah peradaban di planet bumi sudah membuktikan fakta bahwa mahakarya sains seperti senjata api, atom, hidrogen, nuklir, biologi tanpa pedoman akhlak yang mengutamakan kemanusiaan dapat dipastikan alih-alih membawa kesejahteraan malah kesengsaraan bahkan kematian secara sangat mengerikan bagi umat manusia.

Malapetaka yang tidak perlu terjadi selama manusia mau mengendalikan nafsu angkara murka diri sendiri masing-masing sesuai makna adiluhur terkandung di dalam jihad al nafs. Kalau mau pasti mampu.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/24/121231465/stephen-hawking-meramal-kiamat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke