Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusul Transgender dan Transracial, Kini Muncul Fenomena Transable, Apa Itu?

Kompas.com - 15/03/2023, 06:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Oleh karena itu, mereka akan mencari sebuah eksistensi, termasuk dengan menjadi cacat.

"Apakah mau operasi plastik jadi cantik atau ganteng seperti standar dunia mode atau menjadi cacat supaya dapat dimaklumi," tambahnya.

Berbeda, Dharmawan mengatakan bahwa orang yang bisa menerima diri sendiri apa adanya tidak akan mengubah fisik seperti itu.

Mereka tidak akan menjadikan diri sendiri cacat berlebihan atau mengubah rupa dan tubuh menjadi semakin kurus hingga terkena anoreksia.

"Atau jadi ganteng atau cantik dengan operasi plastik berlebihan," imbuh Dharmawan.

Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental, Apa Saja?

Dipicu ketidakpuasan mendalam

Terpisah, psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo menerangkan, transable diartikan sebagai orang yang secara fisik normal, tetapi malah "merusaknya".

Menurut Ratna, upaya perusakan tersebut tak lain dipicu ketidakpuasan dengan anggota tubuhnya sendiri.

"Dengan harapan ketika mereka rusak bagian tubuh yang tidak disukai tadi, maka mereka dapat melakukan upaya lain untuk membuat bagian tubuh itu lebih menarik," jelasnya, ketika dihubungi Kompas.com, Senin.

Secara psikologi, masalah seperti transable ini terletak pada ketidakmampuan untuk menerima anggota tubuh secara utuh.

Kelompok ini, menurut Ratna, kerap mengeluh, merasa malu, dan terganggu dengan bagian tubuh tertentu.

Ketidakpuasan secara mendalam atau dysphoria ini kemudian menuntun mereka untuk melakukan upaya sebagai solusi.

"Sehingga yang dilakukan adalah trans, memindahkan, dan able, kemampuan kita menjadi ketidakmampuan," tuturnya.

"Gangguan psikologisnya di mana? Ada di mentalnya mereka, perasaan karena buat mereka apa pun yang mereka punya tidak cukup," imbuh Ratna.

Ratna mengungkapkan, orang di dunia ini sebenarnya sangat boleh untuk merasa tidak puas dengan anggota tubuhnya.

"Tapi jangan sampai itu mengganggu pikiran kita selalu, membuat kita selalu mengeluh. Kalau gitu, mulai muncul gangguan psikologi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com