Profesor Klinis Radiologi dan Bedah di Universitas Illinois, Peoria Dr. Raymond Bertino menjelaskan, cedera pembuluh darah di leher juga dapat terjadi akibat kecelakaan mobil, batuk sangat keras, serta menjalani perawatan sendi di ahli kiropraktik.
Baca juga: Kenali Penyebab dan Gejala Stroke Menurut Kelompok Usia, dari Anak hingga Lansia
Biasanya, kita menggerakkan leher bagian belakang saat merasa kaku hingga persendian berbunyi.
Meski terasa melegakan, gerakan ini berbahaya lantaran dilakukan pada salah satu bagian penting dalam tubuh manusia.
Bagian belakang leher memiliki 4 pembuluh darah, yaitu 2 arteri karotis dan 2 arteri vertebralis. Dua pembuluh darah arteri vertebral di belakang leher bertugas menyuplai darah ke otak bagian bekalang.
Dilansir dari Healthline, memutar leher dengan kecepatan tinggi hingga berbunyi bisa menyebabkan stroke.
Hal ini terjadi karena gerakan tersebut dapat menyebabkan diseksi arteri serviks atau kondisi saat arteri di leher robek.
Darah akan bocor saat pembuluh darah di leher robek. Kemudian, pembuluh darah akan menyempit bahkan tersumbat.
Jika dibiarkan, otak akan kekurangan aliran darah. Akibatnya, timbul stroke.
Orang yang menderita stroke akibat sering membunyikan leher akan mengalami gejala berupa nyeri leher dan sakit kepala.
Baca juga: 13 Tanda Gejala Stroke yang Sering Diabaikan, Apa Saja?
Setiap orang dapat memiliki risiko mengalami robek pada pembuluh darah saat membunyikan leher. Namun, ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya kondisi tersebut.
Berikut kondisi yang membuat seseorang berisiko terkena stroke usai membunyikan lehernya.
Jika leher terasa sakit atau kaku, berikut alternatif pengobatan yang bisa dilakukan tanpa membunyikan leher:
1. Peregangan: melakukan beberapa peregangan lembut dapat membantu meredakan ketegangan atau nyeri di leher.
2. Kompres: letakkan kompres dingin di leher selama beberapa hari membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Setelah itu, gunakan kompres panas untuk meningkatkan sirkulasi di otot leher.
3. Pijat: pijatan lembut pada area yang terkena dapat membantu meredakan nyeri dan ketegangan di leher.
4. Obat pereda nyeri: ada beberapa contoh obat pereda nyeri, termasuk ibuprofen (Advil, Motrin), naproxen (Aleve), atau acetaminophen (Tylenol).
Jika sakit leher yang semakin parah, berlanjut, atau mengganggu aktivitas sehari-hari, segera periksakan diri ke dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.