Salim Group menerapkan strategi terigentritas dalam bisnisnya sehingga sedikitnya 90 persen pasar domestik mi instan saat itu dimiliki oleh Salim Group melalui Supermi, Sarimi, dan Indomie.
Bahkan omzet dari penjualan Salim Group pada tahun 1990 mencapai Rp 1 triliun.
Dilansir dari Kompas.com, kepopuleran Indomie bahkan mencapai pasar mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika.
PT Indofood pertama kali memasarkan Indomie ke negara lain pada tahun 1992.
Saat ini, Indomie mempunyai 17 pabrik di berbagai negara, seperti Malaysia, Arab Saudi, Nigeria, hingga Mesir.
Pada tahun 2016, Indomie termasuk dalam jajaran 10 merek paling banyak dibeli bedasarkan riset perusahaan Kantar Worldpanel bertajuk Brand Footprint.
Dikutip dari laman Forbes, Anthoni Salim yang merupakan pemilik Salim Group mempunyai kekayaan mencapai sekitar 7,5 miliar dollar AS atau Rp 113,7 triliun (kurs Rp 15.166) per Februari 2023.
Nilai kekayaan tersebut menjadikan Anthoni Salim menjadi orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes 2022.
Nilai penjualan perusahaan itu mencapai 6,4 miliar dollar AS atau Rp 97,04 triliun pada 2023.
Selain itu, Salim Group mempunyai saham di perusahaan investasi Hong Kong, First Pacific yang memiliki kepentingan di Indofood dan perusahaan telekomunikasi asal Filipina, PLDT.
Pada tahun 20223, Salim memimpin sebuah konsorsium yang menginvestasikan 1,6 miliar dollar AS di perusahaan tambang batu bara Indonesia, Bumi Resources.
Anthoni Salim sendiri merupakan anak bungsu Liem Sioe Liong.
Dikutip dari Kontan, berikut daftar harta kekayaan kepemilikan saham Grup Salim di sejumlah perusahaan:
Baca juga: Penjelasan Indofood soal Foto Viral Bungkus Indomie Jaksel Abis