Holding BUMN danareksa yang terlibat dalam IWF adalah Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II, dan PT Nindya Karya.
Menurutnya, Perum Jasa Tirta I dan II telah berpengalaman puluhan tahun dalam pengelolaan air, sementara PT Nindya Karya memiliki rekam jejak yang baik dalam bidang konstruksi dan infrastruktur.
Baca juga: Benarkah Air Rebusan Daun Salam Bisa Menurunkan Asam Urat?
Chris menjelaskan, IWF dalam pengerjaannya juga menggunakan teknologi standar internasional, serta menggait mitra yang berpengalaman.
"Ini dijalankan bersama dengan strategic partners dengan expertise di bidang pengelolaan air yang berperan melakukan pengelolaan aktif atas IWF bersama Danareksa dengan menggunakan teknologi yang memenuhi standar internasioal," katanya lagi..
Selain itu, pihaknya juga menerapkan skema pembiayaan inovatif, yakni konsep akses, investasi, dan replikasi (AIR) yang menjadi pilar IWF.
Ia menuturkan, IWF menjadi program pendanaan khusus pertama BUMN yang terintegrasi dan bersinergi dengan financial investors, serta global strategic partnership yang berpengalaman dalam memberikan akses air bersih.
Baca juga: Dukung Penyediaan Air Bersih, Danareksa Jalin Kerja Sama melalui Indonesia Water Fund
Sementara itu, Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Pramono Hadi mengatakan, Indonesia secara umum memang memiliki ketersediaan air yang banyak karena termasuk negara tropis.
Akan tetapi, kondisi geografis yang merupakan negara kepulauan ini menyebabkan storage atau penampungan air di Indonesia kecil.
"Jadi air yang jatuh, karena bukan benua, itu cepat masuk ke laut. Kalau sistem storage-nya minim, air yang jatuh tadi tidak bisa dimaksimalkan penggunaannya. Apalagi di Jawa yang penduduknya padat luar biasa," kata Pramono saat dihubungi secara terpisah, Jumat (10/2/2023).
Sebagai gambaran, estimasi penggunaan air untuk kehidupan mencapai 1.800-2.000 liter per orang per hari, sementara penggunaan air minum atau domesti sekitar 100-200 liter per orang per hari.
Baca juga: Banjir Semarang, Apa Penyebabnya? Ini Analisis Ahli Hidrologi UGM...
Sementara itu, cadangan potensi di Jawa adalah sekitar 4.000 liter, dihitung dari banyaknya curah hujan dikalikan dengan luas wilayahnya.
"Jadi dari 4.000 tadi sudah terpakai 50 persen, itulah yang kemudian disebut kritis," jelas dia.
"Kalau dibiarkan terus, sementara kebutuhan domestik semakin meningkat dan tidak diimbangi manajemen air, tidak dikelola, tidak dibikin storage, ya jelas krisisnya akan semakin nyata," sambungnya.
Karenanya, ia berharap agar kebijakan atau program pengolahan air bersih seperti IWF dapat dimulai dari daerah yang padat penduduk.
Baca juga: Banjir di Kudus, Bagaimana Kondisinya Saat Ini dan Apa Penyebabnya?
Sebab, semakin urban pemukiman suatu negara atau daerah, maka semakin besar penggunaan airnya.
Tak hanya itu, Pramono berharap agar program-program penyediaan air bersih harus lebih terjangkau.
"Sekarang ini kan ngitungnya profit. Air itu layanan, pola pikir itu harus diubah. Ini layanan yang harus didukung oleh anggaran pemerintah, ini konteksnya pembangunan. Jadi tidak bisa kebutuhan air diserahkan ke publik," pungkasnya.
Baca juga: Banjir Semarang, Apa Penyebabnya? Ini Analisis Ahli Hidrologi UGM...