Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Bisa Alami Pneumonia dari Asap Rokok yang Menempel di Baju

Kompas.com - 24/01/2023, 20:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebutkan bahwa asap rokok yang menempel pada baju bisa menyebabkan pneumonia pada bayi dan balita, ramai dibahas di media sosial. 

Sejumlah warganet mengatakan bahwa bayi atau balita disebut bisa terkena pneumonia akibat asap rokok yang menempel di baju.

"Udh sering nemu px balita kena pneumonia dan bronkitis, penyebab nya selalu dari org terdekat yg merokok. Meskipun gk ngerokok dekat anak tp badan dan baju mu masih ada bekas asap rokok trs km gendong anakmu bisa kehirup ya wassalam bro. Apalagi imun nya balita masih rentan," tulis akun Twitter ini.

"Dulu, anak kakaknya teman saya meninggal di usia 4 tahun karena pneumonia. penyebabnya lebih sering dari baju bapaknya yang ketempelan debu dan asap rokok. lalu ketika pulang kerja, ia langsung gendong anaknya. ternyata lama-kelamaan anaknya divonis pneumonia," tulis warganet lainnya.

Benarkah asap rokok yang menempel di baju bisa menyebabkan bayi hingga balita terkena pneumonia?

Baca juga: Awas, Paparan Asap Rokok pada Ibu Hamil Berisiko Menghambat Pertumbuhan Janin

Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas yang perlu dihindari.SHUTTERSTOCK/PETER PENZEL Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas yang perlu dihindari.

Penjelasan dokter paru

Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta, Erlang Samoedro mengatakan, asap rokok bisa melekat di baju dan menyebabkan pneumonia pada anak.

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi pada anak-anak, tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak.

"Asap rokok yang melekat di pakaian bisa berbahaya karena zat-zat racun dari rokok akan menempel pada baju dan kemudian akan dihirup," ujar Erlang saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/1/2023).

Menurut dokter yang juga Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, balita yang menghirup asap rokok yang melekat pada baju disebut sebagai thirdhand smoker.

Erlang menambahkan, bahaya menghirup asap rokok yang menempel di baju sama seperti paparan asap rokok langsung.

Dampaknya, bayi atau balita mudah terkena infeksi saluran napas atau pneumonia hingga kanker.

"Pada balita akan mudah terkena infeksi saluran napas atau pneumonia, ISPA dan dalam jangka panjang bisa menimbulkan kanker," lanjut dia.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Asap Rokok Buat Anak Mudah Sakit dan Drop

 

Gejala balita terkena pneumonia

Anak-anak merupakan kelompok yang paling berisiko terkena radang paru akut atau disebut dengan pneumonia. Shutterstock/Pixel-Shot Anak-anak merupakan kelompok yang paling berisiko terkena radang paru akut atau disebut dengan pneumonia.

Erlang menjelaskan, gejala yang dialami bayi atau balita yang terkena asap rokok pada baju mulai dari batu, demam, hingga sesak napas.

"Paparan thirdhand smoker itu memudahkan terjadinya infeksi saluran napas gejala infeksi saluran napas batuk demam pilek sesak napas," ucap Erlang.

Pada dasarnya, gejala pneumonia hampir sama dengan masalah paru-paru lainnya, di antaranya batuk dengan intensitas tinggi dan disertai dahak.

Selain itu, ada beberapa gejala umum yang terjadi saat Anda mengalami pneumonia:

  • Demam tinggi, suhu tubuh mencapai lebih dari 38 derajat Celcius
  • Dada terasa sakit dan sulit bernapas
  • Penurunan nafsu makan
  • Berkeringat
  • Menggigil
  • Detak jantung terasa cepat

Gejala tersebut umumnya akan terjadi selama 1-2 hari, tanpa penurunan gejala. Namun, kondisi ini bisa berbeda tergantung dari sistem kekebalan tubuh masing-masing.

Cara mencegah pneumonia

Dilansir dari situs Siloam Hospital, jika Anda bukan penderita pneumonia, namun berada di daftar berisiko tinggi atau ada anggota keluarga yang mengalami pneumonia, lakukanlah beberapa upaya pencegahan berikut ini.

1. Jauhi rokok, minuman beralkohol, dan jaga jarak dengan orang yang sedang sakit batuk, pilek, atau pasien pneumonia itu sendiri.

2. Tingkatkan asupan nutrisi dengan konsumsi makanan sehat, terutama buah dan sayuran yang bersifat antiradang dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

3. Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah pulang beraktivitas dari luar.

Selain itu, Anda juga dapat mencegahnya dengan cara divaksin.

Beberapa vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah pneumonia adalah vaksin flu, PCV, Hib, Pneumococcal polysaccharide, pertusis, dan cacar. Sementara untuk anak adalah pneumococcal conjugate vaccine (PCV 13).

Sebagai alternatif, Anda bisa memilih pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV23) yang bisa diberikan untuk semua usia, mulai dari 2-60 tahun.

Cara mengobati pneumonia

Jika anak sudah mengalami gejala yang disebutkan di atas, orangtua sebaiknya tidak panik dan tetap melakukan tindakan penanganan yang tepat.

Erlang mengatakan, orangtua bisa memberikan pertolongan berupa antibiotik oksigen dan obat-obatan.

"Diberikan antibiotik oksigen dan obat-obatan simptomatis," jelas Erlang.

Selain itu, ia juga mengimbau kepada orangtua, jika ada orang yang merokok dan ingin mendekati bayi/balita sebaiknya baju yang tertempel asap rokok itu diganti dengan baju ganti yang bersih.

Itu juga merupakan salah satu langkah pencegahan pneumonia pada anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Tren
Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Tren
Siasat SYL 'Peras' Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Siasat SYL "Peras" Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Tren
Cara Daftar Sekolah Kedinasan STMKG, STIN, dan STIS 2024

Cara Daftar Sekolah Kedinasan STMKG, STIN, dan STIS 2024

Tren
Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran yang Berpotensi Ancam Kebebasan Pers...

Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran yang Berpotensi Ancam Kebebasan Pers...

Tren
Mengenal Warna Primer dan Warna Sekunder, Apa Bedanya?

Mengenal Warna Primer dan Warna Sekunder, Apa Bedanya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com