Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Nasi Minyak, Kenali Bahaya Menggunakan Minyak Bekas Berulang-ulang

Kompas.com - 20/01/2023, 13:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Para peneliti dari University of Illinois at Urbana-Champaign ini menyuntikkan sel kanker payudara 4T1 ke tulang kering setiap tikus.

Tikus semula diberi diet rendah lemak selama seminggu. Kemudian, sebagian dari mereka diberi makan minyak kedelai segar selama 16 minggu.

Sementara kelompok lain, diberi minyak yang telah digunakan berulang-ulang.

Tak lama, peneliti menyadari bahwa tumor pada tikus yang diberi minyak bekas bermetastasis atau tumbuh dan menyebar empat kali lebih banyak daripada tikus dengan minyak segar.

Melalui penelitian itu, peneliti menarik kesimpulan bahwa penggunaan minyak bekas berpengaruh pada penyebaran kanker yang sudah ada.

Baca juga: Agar Tak Merusak Lingkungan, Ini Cara Teraman Membuang Minyak Jelantah

Bersifat karsinogenik

Bukan hanya mengembangkan kanker yang sudah ada, penggunaan minyak jelantah dalam jangka waktu lama juga memicu tumbuhnya kanker.

Menurut Medical News Today, memanaskan kembali minyak goreng akan mengubah komposisinya.

Setelah dipanaskan kembali, racun yang disebut dengan akrolein atau dikenal dengan potensi karsinogenik, dilepaskan.

Paparan akrolein dalam jangka panjang bisa memicu peradangan dan kanker serta meningkatkan risiko penyakit jantung.

Baca juga: Jangan Buang Minyak Goreng Bekas di Wasfatel, Ini Dampak Buruknya

Meningkatkan kolesterol

Pada dasarnya, mengonsumsi gorengan atau makanan dengan minyak berlebihan sangat berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol.

Suhu tinggi yang digunakan untuk memasak dan penggunaan minyak berkali-kali akan mengakibatkan ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga hanya menyisakan asam lemak jenuh.

Penggunaan minyak jelantah juga akan menyebabkan penumpukan lemak, termasuk asam miristat, asam palmitat, asam laurat dan asam kaprat.

Jika dikomsumsi dalam jumlah berlebih, makanan jenis ini bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.

Sebab, lemak jenuh mengalami hidrolisis selama proses pencernaan, yaitu diubah menjadi molekul seperti endapan yang ditimbun di sel dan jaringan lemak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com