KOMPAS.com - Segenap masyarakat Tionghoa di Indonesia bakal merayakan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili pada Minggu, 23 Januari 2023.
Perayaan tersebut tak hanya identik dengan pertunjukkan barongsai, makan bersama keluarga, dan pembagian angpao, tetapi juga guyuran hujan.
Orang Tionghoa percaya turunnya hujan ketika Imlek membawa keberkahan atau datangnya rezeki bagi mereka.
Sebagian orang juga mempercayai bahwa hujan ketika Imlek adalah jawaban dari persembahyangan mereka di tahun yang baru.
Namun, ternyata ada penjelasan logis mengapa Imlek yang dirayakan setiap tahun seringkali diwarnai dengan guyuran hujan.
Berikut penjelasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG):
Baca juga: Mengenal Perayaan dan Tradisi Imlek di China, Ada Juga Berbagi Angpau
Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Laode Nurdiyansyah menjelaskan, alasan mengapa Imlek identik dengan hujan.
Ia menjelaskan, secara umum bulan Desember-Januari-Februari memang periodenya musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara.
Bulan Januari-Februari, kata Laode, juga merupakan puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia, khususnya di dua wilayah tersebut.
"Saat ini 77 persen wilayah Indonesia masih mengalami musim hujan," kata Laode, saat dihubungi Kompas.com, Senin (16/1/2023).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.