Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obesitas pada Anak, Ini Cara Hitung BMI hingga Cara Mengatur Pola Hidup Sehat

Kompas.com - 11/01/2023, 08:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Obesitas pada anak adalah penyakit yang kompleks dengan banyak faktor yang berkontribusi, termasuk genetika, pola makan, tingkat aktivitas fisik, dan rutinitas tidur.

Anak-anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas berisiko lebih tinggi terkena asma, sleep apnea, masalah tulang dan persendian, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

Untuk mengetahui seorang anak obesitas atau tidak bisa dengan mengukur massa tubuhnya.

Berikut cara menghitung massa tubuh (BMI) dan cara mengatasi anak yang obesitas.

Cara menghitung Body Mass Index (BMI)

BMI atau indeks massa tubuh adalah indikator pengukuran yang digunakan untuk menentukan kategori berat badan ideal.

BMI dikembangkan oleh Adolphe Quetelet selama abad ke-19.

Melalui hasil perhitungan BMI, Anda akan mengetahui kategori berat badan, yaitu kurus, ideal, berlebihan, atau justru obesitas.

Dilansir dari Siloam Hospital (22/11/2022), rumus BMI metrik adalah perhitungan yang paling sering digunakan di Indonesia, di mana satuannya adalah kilogram (berat badan) dan meter (tinggi badan).

Sehingga rumusnya adalah :

[berat badan (kg) : (tinggi badan(m))kuadrat] atau

[berat badan (kg) : (tinggi badan (m) x tinggi badan (m))]

Contohnya, jika anak Anda memiliki berat badan 60 kg dengan tinggi badan 150 cm (1,5 m), maka cara menghitung BMI adalah sebagai berikut:

BMI = 60 : (1,5 x 1,5) = 60 : 2,25 = 26,6

Jadi, hasil perhitungan BMI dari anak dengan berat badan 60 kg dan tinggi badan 150 cm adalah 26,6.

Baca juga: 6 Cara Sarapan yang Memicu Obesitas, Sebaiknya Dihindari

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kategori standar berat badan anak laki-laki dan anak perempuan berdasarkan BMI adalah sebagai berikut:

Untuk Perempuan :

Kurus : kurang dari 17 kg/m2
Normal : 17 - 23 kg/ m2
Kegemukan : 23 - 27 kg/m2
Obesitas : lebih dari 27 kg/m

Untuk Laki-laki :

Kurus : kurang dari 18 kg/m2
Normal : 18 - 25 kg/m2
Kegemukan : 25 - 27 kg/m2
Obesitas : lebih dari 27 kg/m2

Baca juga: 6 Bahaya Obesitas bagi Kesehatan, Apa Saja?

Ilustrasi obesitas pada anak, ciri-ciri obesitas pada anak, gejala obesitas pada anak, penyebab obesitas pada anak. Shutterstock/Africa Studio Ilustrasi obesitas pada anak, ciri-ciri obesitas pada anak, gejala obesitas pada anak, penyebab obesitas pada anak.
 

Cara mengatasi anak obesitas

Dilansir dari CDC (21/10/2021), ada sejumlah tips atau cara membantu anak mempertahankan berat badan yang sehat dengan membantu mereka mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan membatasi godaan yang kaya kalori.

Perlu diperhatikan, anak-anak tidak boleh menjalani diet penurunan berat badan tanpa konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.

Berikut tata cara mengatasi anak yang obesitas.

1. Kembangkan kebiasaan makan makanan yang sehat

Untuk membantu anak-anak mengembangkan kebiasaan makan yang sehat, Anda bisa melakukan ini:

  • Berikan banyak sayuran, buah-buahan, dan produk gandum.
  • Sertakan susu atau produk susu rendah lemak atau tanpa lemak, termasuk keju dan yogurt.
  • Pilih daging tanpa lemak, unggas, ikan, lentil, dan kacang-kacangan untuk protein.
  • Anjurkan keluarga Anda untuk banyak minum air putih.
  • Batasi minuman manis.
  • Batasi konsumsi gula dan lemak jenuh.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Obesitas?

2. Batasi godaan tinggi kalori

Mengurangi ketersediaan camilan tinggi lemak dan tinggi gula atau asin dapat membantu anak Anda mengembangkan kebiasaan makan yang sehat.

Biarkan anak-anak Anda jarang makan makanan tersebut, sehingga mereka benar-benar akan membatasi makanan tinggi kalori.

Berikut adalah contoh makanan ringan yang mudah disiapkan, rendah lemak, dan rendah gula yang mengandung 100 kalori atau kurang dari 100 kalori:

  • 1 cangkir wortel, brokoli, atau paprika dengan 2 sendok makan hummus.
  • Apel atau pisang berukuran sedang.
  • 1 cangkir blueberry atau anggur.
  • Seperempat cangkir tuna dibungkus dengan daun selada.
  • Beberapa keripik kale panggang oven buatan sendiri.

Baca juga: Cara Menghitung Berat Badan Ideal hingga Obesitas

3. Bantu anak-anak tetap aktif

Selain menyenangkan bagi anak, aktivitas fisik secara rutin memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, antara lain:

  • Memperkuat tulang.
  • Menurunkan tekanan darah.
  • Mengurangi stres dan kecemasan.
  • Meningkatkan harga diri.
  • Membantu manajemen berat badan.

Balita usia 3 hingga 5 tahun harus aktif sepanjang hari. Sedangkan anak-anak dan remaja usia 6 hingga 17 tahun harus aktif secara fisik setidaknya 60 menit setiap hari.

Sertakan aktivitas aerobik, yaitu segala sesuatu yang membuat jantung mereka berdetak lebih cepat.

Anda juga bisa menambahkan aktivitas penguatan tulang seperti berlari atau melompat dan aktivitas penguatan otot seperti memanjat atau push-up.

Baca juga: Obesitas Vs Pubertas pada Anak Perempuan, Apa yang Perlu Kita Tahu?

4. Kurangi waktu duduk

Kemudian, batasi waktu anak menonton televisi, bermain video game, atau menjelajahi web tidak lebih dari 2 jam per hari.

Selain itu, American Academy of Pediatrics tidak merekomendasikan menonton televisi untuk anak berusia 2 tahun atau lebih muda.

Alih-alih, dorong anak-anak untuk menemukan aktivitas menyenangkan untuk dilakukan bersama anggota keluarga yang melibatkan lebih banyak aktivitas.

5. Pastikan anak tidur cukup

Terlalu sedikit waktu tidur dikaitkan dengan obesitas, sebagian karena kurang tidur membuat kita makan lebih banyak dan kurang aktif secara fisik.

Anak-anak membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang dewasa, dan jumlahnya bervariasi berdasarkan usia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com