KOMPAS.com - Sejumlah warganet mengeluhkan cuaca atau suhu yang terasa panas dalam beberapa hari ini.
Padahal menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, bulan Januari hingga Februari merupakan puncak musim hujan.
Dalam akun @convomfs, misalnya, seorang warganet mengeluhkan perubahan cuaca yang begitu cepat.
"Kemarin-kemarin dingin banget berasa di puncak, giliran hari ini panas banget buset," tulis seseorang melalui akun itu.
???? kemaren kemaren dingin banget berasa di puncak, giliran hari ini panas banget buset pic.twitter.com/rVTLNddRrJ
— convomfs ???? (@convomfs) January 6, 2023
Sementara itu, akun @Jogja_Undercover mengunggah foto citra satelit yang memperlihatkan cuaca di Pulau Jawa sangat cerah.
Dalam foto lain, akun tersebut juga mengunggah cuaca panas di seluruh Pulau Jawa yang tergambar dalam warna merah.
Hot ga? pic.twitter.com/jvdZMywvJt
— ???????? MTGS Georitmus? 5.5+ (@Jogja_Uncover) January 8, 2023
Lantas, mengapa cuaca akhir-akhir ini begitu panas, meski masih musim hujan?
Baca juga: BMKG Rilis Peta Bahaya Gempa Cianjur akibat Sesar Cugenang, Ini Daftarnya
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin mengatakan, posisi matahari saat ini berada di sekitar 22 derajat Lintang Selatan, sehingga berdampak pada penyinaran ke wilayah Indonesia bagian selatan (Jawa-Nusa Tenggara).
"Kemudian saat ini kondisi cuaca umumnya cerah-berawan pada pagi-siang hari, yang berarti kondisi perawanan yang bisa menghalangi sinar matahari relatif kurang," kata Miming kepada Kompas.com, Senin (9/1/2023).
Kondisi tersebut yang sedikit banyak mempengaruhi cuaca hingga terasa panas dalam beberapa hari ini.
Menurut Miming, kondisi pagi hingga siang yang relatif cerah ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer pemicu pertumbuhan awan hujan di Indonesia tidak signifikan.
Dengan demikian, dua kondisi tersebut berdampak pada kondisi cukup terik di wilayah Indonesia selatan ekuator, terutama di siang tengah hari.
Namun pihaknya juga mengingatkan, kondisi cuaca dengan potensi hujan ringan hingga lebat juga masih terjadi di beberapa tempat, tetapi tidak merata dan relatif singkat.
Selain fenomena atmosfer, Miming juga menyebut adanya aktivitas pusat tekanan rendah di sekitar Laut China Selatan juga ikut mempengaruhi cuaca di sejumlah wilayah Indonesia.
"Secara dinamika atmosfer, kondisi tersebut turut menghadang dan membelokkan aliran massa udara dari aktivias Monsun Asia untuk masuk Indonesia," jelas dia.
"Kondisi tersebut juga menjadi salah satu pemicu dan relatif berdampak mengurangi potensi hujan intensitas tinggi di wilayah Indonesia selatan ekuator secara umum untuk sepekan ke depan," sambungnya.
Baca juga: Gelombang Tinggi 6 Meter di Perairan Natuna, BMKG Minta Masyarakat Waspada