Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

184 Pengungsi Rohingya Kembali Terdampar di Aceh, Siapa Mereka?

Kompas.com - 09/01/2023, 14:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Kala itu, orang-orang India yang turut menjadi jajahan Inggris berdatangan ke Myanmar untuk bekerja. Namun, terkesan "merampas" hak-hak orang Myanmar.

Hal ini membuat orang Myanmar merasa dijajah dua kali, yakni oleh Inggris dan orang-orang India yang secara fisik mirip etnis Rohingya.

Pada masa Perang Dunia II antara 1939 sampai 1945, banyak Muslim Rohingya yang direkrut Inggris menjadi tentara.

Mereka beradu dengan umat Buddha Myanmar yang bersekutu dengan Jepang.

Saat Inggris berhasil diusir Jepang pada 1942, etnis Rohingya di Rakhine kemudian menjadi sasaran kemarahan orang Myanmar.

Pasalnya, etnis Rohingya dianggap sebagai sekutu Inggris. Ditambah dengan penampilan fisik yang mirip orang India, membuat mereka terjebak dalam sasaran kebencian orang Myanmar.

Orang Rohingya pun dipandang sebagai imigran ilegal yang dibawa Inggris dari India dan Bangladesh.

Baca juga: Polisi Tangkap Kapal Kayu Penyelundup 28 Warga Rohingya ke Sumut

Tak dianggap warga negara

Pada 1947, seiring kelahiran konstitusi baru di Myanmar, etnis Rohingya sempat diberi hak hukum dan suara penuh.

Namun, kudeta militer Myanmar di 1962 berujung pada era baru penindasan.

Dikutip dari Kompas.com (29/3/2022), diskriminasi etnis Rohingya memuncak saat pemerintah Myanmar menghapus etnis Rohingya dari daftar etnis dan ras negaranya.

Penghapusan ini terlihat dari disahkannya Undang-Undang Kewarganegaraan Burma 1982. Myanmar memiliki 135 etnis, dan Rohingya tidak termasuk dalam daftar etnis tersebut.

Pembantaian etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine merupakan hasil dari transformasi politik negara itu saat ini.

Penganiayaan yang mengarah pada genosida dibuktikan oleh Operation King Dragon atau Operation Naga Min 1978, yakni upaya deportasi guna pembersihan etnis terhadap ratusan ribu masyarakat Rohingya.

Tidak adanya status kewarganegaraan menyebabkan etnis Rohingya tak berada dalam perlindungan suatu negara.

Tindakan represif dari pemerintah Myanmar selama beberapa tahun terakhir turut mendorong Rohingya untuk mencari suaka ke negara-negara lain.

Dengan menggunakan kapal seadanya berisi puluhan hingga ratusan jiwa, mereka pun mengarungi samudra untuk mencari perlindungan.

(Sumber: Kompas.com/Faustina Auria | Editor: Serafica Gischa, Widya Lestari Ningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com