Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menerawang Alam Baka

Kompas.com - 09/01/2023, 09:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA umumnya peradaban umat manusia menyadari kehidupan terdiri dari dua alam, yaitu alam fana sebagai alam sebelum kematian dan alam baka sebagai alam setelah kematian.

Peradaban Mesir kuno meletakkan Book Of The Dead yang mengandung teks mortuarium serta mantera-mantera di dalam makam-makam para mumi atas keyakinan mampu mendampingi manusia di alam baka. Mitologi Viking menyebut alam baka sebagai valhalla, mitologi Wayang menyebut alam baka sebagai swargaloka atau jonggring saloka, mitologi China meyakini neraka terdiri dari 18 jenis alam baka yang menyengsarakan arwah manusia.

Buddhisme menyebut alam baka sebagai nirwana. Mitologi Maya mirip dengan episode akhir Mahabharata menyakini anjing bisa memandu manusia sampai ke gerbang alam baka.

Baca juga: 3 Dewa Terkuat dalam Mitologi Yunani

Tokoh mitologi Yunani, Hades yang di dalam mitologi Romawi disebut Orkus merupakan penjaga alam baka yang berada di bawah permukaan bumi sementara kitab suci Nasrani diakhiri Kitab Wahyu yang berkisah tentang akhir zaman alias kiamat yang melenyapkan alam fana.

Perjalanan ke alam baka dikisahkan Dante Alighieri di dalam mahakarya Comedia Divina. Masyarakat Meksiko masa kini masih mewarisi kearifan leluhur mendirgahayu alam baka dengan menyelenggarakan festival Dia de los Muertos.

Pada hakikatnya apa yang disebut sebagai jelangkung merupakan upaya lahiriah manusia di alam fana untuk berkomunikasi dengan alam baka yang secara naluriah merupakan kerinduan batiniah setiap insan manusia baik yang mengakui maupun tidak mengakui percaya alam baka.

Masyarakat Baduy yang juga disebut Urang Karekes meyakini lokasi sakral yang dipercaya merupakan gerbang alam baka sebagai sasaka domas atau sasaka pusaka buana atau sasaka pada ageung. Setelah Urang Kanekes, arwah mereka akan kembali ke sasaka domas untuk menyatu dengan dewa Batara Tunggal.

Saya belum sempat berkunjung ke permukiman Urang Karekes, namun menurut berbagai sumber konon sasaka domas terletak di hulu Sungai Ciparahiyang di dalam hutan terlarang. Masyarakat Baduy merahasiakan lokasi tempat sakral ini, dan yang tahu tempatnya hanya beberapa tetua saja.

Lain halnya tafsir tentang sasaka domas menurut situs jejaring Budaya Indonesia. Sasaka Domas merupakan bangunan punden berundak atau berteras-teras sebanyak tujuh tingkatan. Setiap teras diberi benteng, yang terdiri atas susunan “menhir” (batu tegak) dari batu kali.

Suku baduy, di Desa Kenekes, Banten, Minggu (18/2/2018).KOMPAS.com/ANGGITA MUSLIMAH Suku baduy, di Desa Kenekes, Banten, Minggu (18/2/2018).
Pada teras tingkat keempat terdapat menhir yang besar dan berukuran tinggi sekitar 2 meter.
Pada tingkat teratas terdapat “batu lumpang” dengan lubang bergaris tengah sekitar 90 cm, menhir dan arca batu yang disebut arca domas. Domas berarti keramat, suci. Tingkatan teras, makin ke selatan undak-undakan makin meninggi. Sebagai kiblat ibadah, sasaka domas diyakini tempat suci, keramat, di mana arwah nenek moyang berkumpul.

Baca juga: Mengenal Desa Wisata Saba Baduy, Tempat Tinggal Suku Baduy di Banten

Di tanah suci ini umat Sunda Wiwitan melaksanakan ritual pemujaan sebagai ziarah memanjatkan doa dan membersihkan obyek utama pemujaan. Ibadah ritual pemujaan di sasaka domas dipimpin oleh puun Cikeusik.

Tujuan ritus muja adalah untuk memuja para karuhun, nenek moyang, dan menyucikan pusat dunia. Dalam ritual ini hanya orang-orang tertentu yang melaksanakan puja atas nama masyarakat Baduy secara keseluruhan, yakni para puun dan orang-orang terpilih yang ditunjuk.

Mohon dimaafkan apabila dalam memetik data dari berbagai sumber tentang kearifan masyarakat Baduy, saya melakukan kekeliruan. Sama sekali bukan berarti saya tidak menghormati peradaban masyarakat Baduy namun sekedar sebagai bukti kedangkalan daya tafsir saya terhadap warisan kebudayaan adiluhur masyarakat Baduy.

Dari kearifan masyarakat Baduy, kemudian dipertegas oleh pagebluk Covid-19, saya dapat memetik hikmah kesadaran bahwa pada akhirnya saya pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Maka selama masih berada di dunia fana, sewajibnya saya senantiasa berikhtiar berbuat kebaikan ketimbang keburukan bagi orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com