Julukan tersebut diberikan oleh profesor biologi Kanada Dr. Ryan Gregory, sebagaimana diberitakan Fortune.
Ilmuwan sependapat bahwa XBB 1.5 begitu menular dan berisiko menyebabkan kasus harian Covid-19 melonjak di berbagai negara.
Tetapi, mutasi baru menyebabkan gejalanya tidak banyak berubah walaupun XBB 1.5 mudah menular.
Baca juga: China Longgarkan Aturan Terkait Covid-19, tetapi Masih Tutup Kunjungan Wisata Turis Asing
Berikut gejala-gejala yang ditimbulkan oleh XBB 1.5 sebagaimana dilansir dari Prevention:
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan XBB 1.5 menurut spesialis penyakit menular dan profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt, William Schaffner, M.D.
Salah satunya adalah memakai masker ketika berada di tengah keramaian dan mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Baca juga: Jerman Mulai Larang Perjalanan Non-esensial ke China karena Covid-19
Adapun, XBB 1.5 untuk sementara ini tidak menimbulkan long Covid seperti dialami orang yang pernah terinfeksi virus sebelumnya.
Tetapi, Schaffner menyebutkan bahwa ada risiko long Covid terjadi setelah orang terinfeksi oleh virus ini.
Penanganan untuk orang yang terinfeksi XBB 1.5 juga sedikit berbeda dari varian virus Corona lain.
Perawatan antibodi monoklonal dan Evusheld untuk menurunkan tingkat keparahan Covid-19 dikatakan tidak efektif menangkal XBB 1.5.
Namun, kepala penyakit menular di University at Buffalo di New York, Thomas Russo, M.D, mengatakan obat antivirus seperti Paxlovid masih bisa bekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.