Karena itu, tiba saatnya, Indonesia memiliki konsep, modul, silabus dan kurikulum ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek ) guna mencetak sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian, pengetahuan, dan kompetensi tentang krisis dan solusi perubahan iklim, bio-ekonomi, ekonomi kelautan, penambangan sampah (urban mining), energi ramah-lingkungan, dan iptek tanah, air, dan pohon-pohon atau tumbuhan. Ini pilihan strategis iptek tentang perubahan iklim bagi Indonesia kini dan ke depan.
Akhir Februari 2022, Amy Westervelt menulis kiprah Elsevier, penerbit 2.000 jurnal akademis asal Belanda di The Guardian edisi 24 Februari 2022. “Elsevier ...is also one of the top publishers of books aimed at expanding fossil fuel production,” tulis Amy Westervelt.
Elsevier adalah penerbit jurnal The Lancet, Cell, jurnal elektronik ScienceDirect, Trends, seri Current Opinion, data-base kutipan online Scopus, alat ukur kinerja riset SciVal, mesin riset ClinicalKey, dan jasa rawat kanker ClinicalPath. (Carpenter, 2021; UBC, 2021)
Mengapa kiprah Elsevier perlu dibedah? Tahun 2021, penerbit Elsevier memproduksi 600.000 artikel per tahun melalui 2.700 jurnal. Tahun 2018, arsip Elsevier menampung sekitar 17 juta dokumen dan 40.000 e-book dengan lebih dari satu miliar download secara tahunan.
Elsevier mengelola jasa-jasa dan produk-produk misalnya manajemen data, riset analitik, dan aplikasi digital membuat perkiraan dan lain-lain.
Baca juga: Bumi di Kaki Rakyat dan Perubahan Iklim
Tahun 2022, penerbit dan perusahan analitik Elsevier dan induknya, RELX, merilis laporan ‘Climate Action’ dengan target ‘net-zero’ emisi karbon tahun 2040. Komitmen iklim RELX ialah tata-kelola energi, air, kertas, dan lingkungan sejak 2015, khususnya pengurangan emisi karbon berbasis iptek.
Sekitar 33.000 kayawan Elsevier dan RELX menyedia alat analitik dan keputusan bagi ribuan profesional dan bisnis global.
RELX membentuk ‘green team’, misalnya tahun 2022, ‘Climate Race’ gaya-hidup sehat-lestari dan prakarsa ‘Tees for All’ di Overijssel, Belanda. Elsevier dan RELX memacu riset dan pengetahuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) ke 13 ‘Climate Action’ dan poin ke-7 SDGs tentang energi bersih.
Elsevier menerbitkan 20.000 riset topik transisi dan energi bersih. Tahun 2021-2022, Elsevier menerbitkan 20 jurnal baru antara lain DeCarbon, Solar Compass, Carbon Captue and Storage, Sustainable Chemistry for Climate Action, Eco-Environment & Health, Tetrahedron Green Chem dan Green Energy & Resources.
Apakah model Elsivier-RELX adalah acuan ideal membangun iptek perubahan iklim, ‘green skill’s dan ‘geen jobs’ selama ini, kini, dan ke depan?
Tentu tidak. Sebab Elsivier dan RELX berupaya mencetak produk dan jasa-jasa global, dengan risiko menggerus karakter-karakter masyarakat-masyarakat lokal, khususnya pengetahuan lokal, kearifan lokal, teknologi lokal, tradisi budaya lokal, dan filosofi hayat-hidup lokal di seluruh dunia. Ini justru harus dicegah, sebab model-model iptek modern berisiko merusak iptek-iptek lokal.
Di sisi lain, selama lebih dari satu dekade terakhir, tulis Amy Westervelt (2022), Elsevier mendukung upaya industri-industri energi fosil mengoptimalkan ekstraksi minyak dan gas bumi. Bahkan penulis, editor, dan anggota penasihat jurnal-jurnal Elsevier adalah karyawan perusahan-perusahan minyak papan atas dunia.
Elsevier memasarkan portal riset dan layanan data ke industri-industri minyak dan gas yang membantu ‘peningkatan keberhasilan eksplorasi’ gas dan minyak.
Jadi, Elsevier sekilas mendukung konsolidasi, promosi, dan kendali transisi industri-industri fosil minyak dan gas ke sektor energi bersih skala global. Targetnya ialah manajemen kapital intelektual guna kontrol (transisi) sistem energi global.
Akhir-akhir ini ribuan kontrak Elsevier dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga riset berbagai negara berakhir, diboikot, dikritik, atau dikaji-ulang, khususnya soal biaya, keterbukaan penyandang dana riset, dan keterbukaan akses ke penerbitan Elsevier.