NEW YORK, KOMPAS.com – Perubahan iklim akan mempercepat krisis kemanusiaan di seluruh dunia pada 2023.
Laporan tersebut disampaikan non-governmental organization (NGO) Komite Penyelamatan Internasional (IRC) dalam laporan terbarunya.
NGO yang berbasis di New York, AS, tersebut mengatakan bahwa jumlah orang yang harus dibantu akibat krisis kemanusiaan meroket dalam 10 tahun terakhir.
Baca juga: Perubahan Iklim: Gletser Mencair, Ribuan Ton Bakteri Merebak ke Lingkungan
IRC menggarisbawahi, perubahan iklim adalah salah satu faktor utama yang mempercepat krisis kemanusiaan, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (14/12/2022).
Padahal, 20 negara yang masuk daftar pengawasan darurat, seperti Haiti dan Afghanistan, hanya berkontribusi sebesar 2 persen dari total emisi karbon dioksida global.
“2022 telah menunjukkan bahwa peran perubahan iklim dalam mempercepat krisis kemanusiaan global tidak dapat disangkal,” kata IRC dalam laporannya.
IRC mencontohkan periode musim hujan yang panjang yang membuat gagal panen serta rawan pangan di Somalia dan Etiopia dan memicu bencana di Pakistan.
Baca juga: China Salahkan AS karena Rusak Ikatan Perlawanan terhadap Perubahan Iklim
IRC juga menyerukan dunia untuk berinvestasi secara proaktif dalam pencegahan dan mitigasi perubahan iklim.
Si satu sisi, kerawanan pangan sudah marak karena meningkatnya konflik serta krisis ekonomi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi Covid-19.
Selain itu, kesenjangan antara kebutuhan kemanusiaan dan pembiayaannya telah berkembang menjadi defisit global sebesar 27 miliar dollar AS pada November 2022.
Baca juga: Perubahan Iklim Dapat Tingkatkan Risiko Penyebaran Virus
“Para donor gagal merespons secara proporsional,” kata IRC dalam laporannya.
“Hasilnya adalah bahwa masyarakat yang terkena dampak krisis tidak dapat mengakses layanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup, pulih, dan membangun kembali,” sambung IRC.
Studi IRC terbaru juga menyoroti bahwa jumlah orang yang dipaksa untuk melarikan diri dari rumah mereka telah meningkat menjadi lebih dari 100 juta, naik dari 60 juta pada 2014.
Baca juga: 2022 Jadi Tahun yang Mengkhawatirkan bagi Anak-anak akibat Perubahan Iklim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.