Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Kota Terburuk di Dunia untuk Ekspatriat, Mana Saja?

Kompas.com - 08/12/2022, 10:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Situs jaringan InterNations merilis peringkat tahunan tentang kota terburuk untuk ekspatriat pada 2022.

Ekspatriat adalah orang yang meninggalkan negeri asalnya; warga negara asing yang menetap di sebuah negara, atau tenaga kerja asing.

Biasanya seseorang tertarik bekerja di luar negeri karena gaji atau upahnya cenderung tinggi.

Namun, ada juga alasan seseorang memilih kerja di luar negeri karena adanya proyek yang bekerja sama dengan pihak luar negeri, dan lainnya.

Sebelum memilih di mana sebaiknya Anda mencari kerja di luar negeri, ada baiknya mencari tahu bagaimana gaya hidup, kenyamanan, dan keamanan di kota tersebut.

Kali ini, InterNations merilis daftar pemeringkatan kota itu berdasarkan survei dari hampir 12.000 responden yang tinggal di 181 negara.

Data itu dikumpulkan dari 1 Februari hingga 28 Februari 2022.

Ekspatriat yang disurvei termasuk penerima tugas asing, karyawan internasional, dan individu yang pindah ke negara lain untuk mencari pekerjaan.

Lalu, mana saja kota yang paling buruk di dunia untuk ekspatriat?

10 kota terburuk untuk ekspatriat

Dilansir dari Bussines Insider, Kamis (1/12/2022), berikut 10 kota terburuk di dunia untuk ekspatriat.

1. Johannesburg, Afrika Selatan

Menurut survei InterNations, Johannesburg, kota terbesar di Afrika Selatan, adalah kota terburuk bagi ekspatriat.

Sekitar 25 persen responden mengatakan mereka tidak senang dengan tidak terjangkaunya biaya hidup di kota ini.

Kemudian, 39 persen responden menyatakan, kota ini mengalami masalah di bidang transportasi umum.

Di bidang keamanan tampaknya juga menjadi masalah bagi ekspatriat, dengan 62 persen dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa mereka merasa tidak aman.

"Johannesburg bisa menjadi tempat yang berbahaya, bahkan menurut standar Afrika Selatan," tulis InterNations dalam panduan ekspatriat ke kota itu.

2. Frankurt, Jerman

Frankfurt, pusat keuangan utama di Jerman, menduduki peringkat kota terburuk kedua untuk tempat tinggal ekspatriat.

Sekitar 70 persen ekspatriat yang disurvei menunjukkan bahwa perumahan yang mahal dan biaya hidup yang tinggi adalah beberapa faktor yang membuat tinggal di Frankfurt menjadi pilihan yang buruk.

Menurut survei, kota ini juga yang terburuk dalam hal transportasi umum.

Menurut RMV, asosiasi transportasi Jerman, tiket transportasi umum yang berlaku selama sebulan berharga 97,10 euro, atau sekitar Rp 1.593.499 (kurs 1 Euro setara dengan Rp 16.410).

3. Paris, Perancis

Sekitar 62 persen responden mengatakan biaya hidup di Paris terlalu tinggi.

Selain itu, 58 persen responden menyatakan bahwa mereka sulit menjalin pertemanan lokal, dan sekitar 23 persen merasa tidak aman di kota.

Sisi baiknya, ekspatriat merasa bahwa ini adalah kota yang hebat untuk merasakan pengalaman budaya dan kehidupan malam.

"Hidup di Paris itu romantis, dan mengasyikkan, tetapi juga mahal," tulis InterNations dalam panduan kotanya.

"Fasilitas sehari-hari, dan perumahan membawa label harga yang mahal di kota terpadat di Perancis," sambung InterNations.

4. Istanbul, Turki

Istanbul hanyalah salah satu dari beberapa kota Eropa yang dinilai buruk oleh ekspatriat.

Menurut survei InterNations, sekitar 57 persen menunjukkan, mereka memandang ekonomi Turki secara negatif, dan hanya 45 persen percaya bahwa mereka dibayar dengan gaji yang adil.

"Mencari pekerjaan di sini sangat sulit," kata salah satu responden survei Kamerun kepada InterNations, seraya menambahkan bahwa kondisi kerja sangat buruk terutama ketika upah dipertimbangkan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com