Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BMKG soal Fenomena "Air Terjun dari Langit" di Bekasi

Kompas.com - 10/11/2022, 09:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan soal video viral fenomena "Air terjun dari langit" di Bekasi, Jawa Barat. 

Terkait video itu, fenomena yang disebut dengan "Air terjun dari langit" itu identik dengan microburst. 

 

Lantas, apa itu microbust? 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh TERANG MEDIA (@terang_media)

Penjelasan BMKG soal fenomena "Air terjun dari langit" di Bekasi

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, kejadian di video tersebut menyerupai fenomena microburst.

Meskipun demikian pihaknya tidak bisa menyimpulkan kebenarannya sebelum dilakukan analisis secara lebih lanjut.

"Pada kejadian itu, meskipun sekilas sangat identik dengan microburst, perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kondisi dinamika atmosfer di lokasi kejadian guna memastikan bahwa fenomena yang ditunjukkan dalam video memang benar fenomena microbust," ujarnya, kepada Kompas.com, Rabu.

Baca juga: Viral, Video Air Terjun dari Langit Disebut Fenomena Microburst di Bekasi, Ini Penjelasan BMKG

Guswanto menjelaskan, microburst adalah sebuah downdraft atau angin yang menghempas ke bawah atau gaya ke bawah dalam skala kecil dan sangat intens yang turun ke tanah.

Hal itu menyebabkan perbedaan atau penyimpangan angin yang kuat.

"Microbust sangat berkaitan dengan angin yang turun dari awan Cb (cumulonimbus) yang sudah matang (inti sel awan Cb) setelah angin biasanya akan diikuti hujan lebat, namun skalanya lokal atau terbatas," kata dia.

Penyebab microbust

Ia mengatakan, microbust terjadi karena kondisi atmosfer yang sangat labil yang membentuk thunderstorm atau badai guntur yang berasal dari awan Cb.

Microburst, lanjut Guswanto, umumnya terjadi saat ketinggian dasar awan berada di atas lapisan beku atmosfer atau freezing level.

"Sehingga membentuk butiran air (water droplet) yang beku dan sangat dingin di dalam awan Cb tersebut, yang semakin lama memiliki massa yang lebih berat karena mekanisme pengangakatan (uplift) dan kondensasi yang terus terjadi di dalam awan tersebut," papar dia.

Baca juga: Polisi Sebut Hujan bak Air Terjun di Stadion Wibawa Mukti Bekasi akibat Talang Rusak

Massa yang menjadi sangat berat tersebut tidak lagi mampu menahan butiran air terhadap gaya gravitasi, sehingga butir hujan jatuh dengan percepatan atau akselerasi menghasilkan hujan sangat deras.

Percepatan hujan yang turun juga disebabkan karena wilayah di bagian bawah awan Cb yang sudah matang merupakan daerah downdraft.

"Yang merupakan daerah aliran massa udara ke bawah yang kencang dan dingin dari awan Cb," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com