Oleh: Nika Halida Hashina dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Hidup di negara yang penuh dengan ajaran agama pasti membuat kita mengenal dengan baik makna kata doa. Setiap agama yang selalu mengajarkan hal baik memanifestasikan wujud rasa syukur atas rahmat Tuhan lewat ajaran cara berdoa.
Oleh karenanya, doa juga dianggap sebagai penentram hati. Karena doa yang dilakukan secara individu dengan hanya melibatkan Tuhan dalam hatinya, membuat manusia menemukan damai dan ketentraman.
Dalam perspektif bahasa Indonesia, kata doa diambil dari kata du’a yang berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a-yad'u-da’ada’watun yang mengandung arti memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, dan memohon.
Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa konsep hubungan cinta kasih manusia dengan Tuhan inilah yang menunjukkan manusia tak ubahnya selalu membutuhkan pertolongan dan dialog dengan entitas yang ia anggap jauh lebih besar. Kekuatan doa ini juga membawa pengaruh baik ke aspek psikologis seseorang.
Audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Agung: Genaplah Doa-doa!” yang dapat diakses melalui dik.si/TNAgungE7 juga menampilkan kekuatan doa yang bisa menggiring manusia terutama Agung sendiri ke dalam rasa syukur.
Berikut adalah beberapa manfaat doa ketika kita menghadapi kesulitan atau masalah.
Mengingat keterbatasan dari pemahaman terhadap hal metafisik, sulit untuk mengatakan apakah kelegaan mental dan emosional yang dirasakan seseorang benar adanya dari doa. Akan tetapi, doa bisa menjadi salah satu hal yang mensugesti manusia untuk memperoleh ketenangan.
Baca juga: Mengapa Manusia Butuh Mendapat Keadilan?
Penelitian pernah mengaitkan doa dengan rasa ketenangan, kedamaian, dorongan atau dukungan sosial. Kevin Masters, seorang profesor psikologi kesehatan klinis di University of Colorado, mengatakan
“Kami sekarang cukup sadar bahwa pengalaman psikologis terkait erat dengan proses fisiologis yang penting, termasuk fungsi sistem kekebalan tubuh.” Sambungnya, “Sejauh doa dapat memengaruhi proses psikologis yang kita miliki, doa berpotensi memunculkan penjelasan naturalistik tentang bagaimana doa dapat memengaruhi kesehatan.”
Menurut Dr. Christina Puchalski, profesor kedokteran dan ilmu kesehatan di Universitas George Washington, orang-orang berdoa karena beberapa alasan. Di antaranya adalah untuk harapan suatu hasil yang spesifik, untuk berbagi kecemasan dan penderitaan mereka dalam konteks relasional, untuk menunjukkan rasa terima kasih, dan untuk refleksi diri.
Doa dapat menumbuhkan rasa terkait hubungan, baik dengan kekuatan yang lebih tinggi, dengan apa dianggap penting dalam hidup atau nilai-nilai mereka, maupun dengan hubungan atas kemanusiaan.
Doa yang dapat dianggap sebagai ritual, sebagaimana ritual yang secara umum berfungsi untuk menenangkan. Sebuah studi tahun 2009 tentang efek doa pada depresi dan kecemasan, menguji beberapa orang dalam masalah dengan menempatkannya pada sesi berdoa dan tidak.
Penelitian ini menemukan bahwa anggota kelompok memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih rendah dan lebih optimis setelah sesi mereka diminta berdoa untuk satu sama lain, dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan sesi doa.
Sebagian besar temuan tentang manfaat kesehatan dari doa berasal dari penelitian di mana orang berdoa dalam kelompok. Artinya, ada hubungan yang kuat antara religiusitas, hubungan dengan sesama, kesehatan, serta kebahagiaan.