Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Hoaks, Politik Identitas, dan Propaganda di Era Demokrasi

Kompas.com - 08/09/2022, 21:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Hoaks atau berita bohong menjadi salah satu ancaman di era demokrasi. Tidak sedikit oknum yang tidak bertanggungjawab dengan memanfaatkan demokrasi dan mudahnya penyebaran informasi untuk menciptakan kegaduhan atau propaganda.

Penting bagi pemerintah, media massa, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah ini. Salah satunya dengan meningkatkan kesadaran literasi dan mengutamakan jurnalisme yang berkualitas.

Aiman Witjaksono, Jurnalis KompasTV, dalam siniarnya yang bertajuk “Perang Batin dan Hoaks” memaparkan pentingnya menjaga kualitas informasi sehingga peradaban manusia dapat terjaga.

Dengan berkembangnya teknologi, masyarakat dapat secara mudah mengakses dan menyebarkan informasi, meskipun kesahihannya perlu divalidasi lebih lanjut.

Oleh sebab itu, bukan tidak mungkin opini publik atau kesadaran masyarakat dapat diatur oknum yang tidak bertanggungjawab. Terlebih, pada ajang Pemilu atau Pilkada opini publik sangat penting bagi para pelaku politik.

Pada tahun 2018, Polri mencatat setidaknya terdapat 3.884 kasus hoaks dan ujaran kebencian, catatan kasus ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2017 yang berjumlah 1.254 kasus.

Baca juga: Cara Tetap Relevan di Tengah Perubahan

Hoaks dan ujaran kebencian disebarluaskan akun-akun media sosial, baik yang bersifat asli (terverifikasi pemiliknya) maupun anonim, dengan tujuan kampanye hitam untuk menjatuhkan elektabilitas calon yang diusung partai politik.

Lantas, mengapa hoaks, khususnya pada masa Pemilu atau Pilkada, bisa terjadi dan bagaimana dampaknya?

Pandangan yang bias terhadap informasi

Ketika semarak demokrasi dilaksanakan, yaitu Pemilu atau Pilkada, masyarakat akan sadar atas preferensi terkait tokoh yang mereka sukai. Preferensi ini dimanfaatkan media massa yang tidak bertanggung jawab atau memiliki tendensi politik identitas untuk membangun citra baik atau buruk terhadap calon yang diusung.

Itu sebabnya, masyarakat akan mengalami kekaburan antara realitas dan citra yang dibangun media massa. Kekaburan ini akan memengaruhi pemahaman masyarakat atas informasi yang diterima.

Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat perihal hoaks karena rendahnya tingkat pendidikan membuat mereka percaya bahwa segala informasi valid isinya.

Terbentuknya politik identitas

Politik identitas adalah pembangunan identitas oleh pelaku politik dengan masyarakat sebagai objeknya. Hal ini akan memecah belah opini dan kesadaran publik karena adanya tendensi keberpihakan masyarakat kepada tokoh yang disukai.

Opini dan kesadaran publik tersebut dimanfaatkan pelaku politik dalam kontestasi Pemilu atau Pilkada.

Di Indonesia, informasi yang menyangkut suku, ras, agama, dan antar golongan (SARA) adalah topik yang kerap menjadi latar belakang propaganda.

Narasi SARA yang digambarkan melalui tokoh-tokoh politik akan memengaruhi persepsi masyarakat, seperti ketika Jokowi, sebelum Pemilu 2019 dilaksanakan, diisukan sebagai seorang PKI.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Terus Melambung, Apa Dampaknya?

Isu PKI dilekatkan kepada Jokowi sebagai identitas dirinya dengan landasan bahwa komunis sama dengan ateis di Indonesia. Sementara itu, seseorang yang ateis kerap diartikan sebagai seseorang yang menentang agama.

Di lain pihak, Prabowo kerap dikaitkan dengan peristiwa menghilangnya aktivis 98 yang membangun citra dirinya sebagai pelanggar HAM.

Hal ini jelas dimanfaatkan untuk menurunkan elektabilitas dan memburukkan citra Jokowi dan Prabowo.

Lahirnya propaganda

Bukan hanya masyarakat sebagai konsumen yang mengambil andil dalam menyebarluasnya hoaks, melainkan juga media massa.

Kebenaran akan semakin dekat bila reporter atau jurnalis menggali fakta dan menjelaskan data sebagaimana adanya kepada masyarakat.

Itu sebabnya, media massa tidak boleh memberikan apa yang diinginkan masyarakat saja. Mereka juga harus menyajikan informasi yang berkualitas dan edukatif

Jangan ada informasi yang mengandung unsur framing opini publik dengan tendensi kepentingan pribadi atau kelompok. Terlebih, jika dengan sengaja, media massa menghasilkan berita atau informasi bohong dalam kontennya.

Baca juga: 8 Cara Meningkatkan Motivasi Tim

Jika demikian, maka fungsi dan peran media massa sebagai agen informasi tidak terwujud. Hal ini terjadi karena adanya kepalsuan yang secara sadar diciptakan dengan fakta dan data yang perlu dicek validitasnya.

Dengarkan investigasi-investigasi eksklusif dan menarik lainnya yang dilakukan Aiman dalam siniar Aiman Witjaksono.

Ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya. Akses sekarang juga episode “Perang Batin dan Hoaks” melalui tautan berikut https://dik.si/aiman_batin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com