KOMPAS.com - Pengamat pendidikan Ina Liem menyambut baik keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim yang menghapus tes mata pelajaran dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Sebagai gantinya, tes SBMPTN nantinya akan berisi tes skolastik yang mengukur kemampuan bernalar siswa.
Menurut Ina, kebijakan ini selaras dengan kurikulum prototipe atau Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022 yang tidak ada lagi pengelompokan siswa SMA berdasarkan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
"(Keputusan ini) sesuai harapan saya karena ini nyambung dengan kurikulum prototipe," jelas Ina, saat dihubungi oleh Kompas.com, Kamis (8/9/2022).
"Kalo IPA IPS dihapus tapi tes masih mata pelajaran kan percuma, siswa harus bimbel lagi," tambah dia.
Baca juga: Perbedaan Aturan SBMPTN 2023 dengan SBMPTN 2022
Selain itu, Ina juga mengatakan bahwa kebijakan baru Nadiem ini membuka potensi bagi siswa untuk mengambil lintas jurusan saat menempuh pendidikan sarjana di perguruan tinggi.
Terkait soal tes skolastik yang akan digunakan sebagai tes SBMPTN ini, Ina menyampaikan bahwa hal tersebut justru menjawab kebutuhan pendidikan di tengah industri saat ini.
"Sudah seharusnya PTN tidak mengevaluasi hal yang bisa di-googling, tapi kemampuan bernalar siswa. Ini sejalan dengan kebutuhan industri 4.0," ujar Ina.
Namun, Ina menggarisbawahi peran PTN dalam menindaklanjuti dan menyukseskan kebijakan baru ini.
"Hanya saja PTN masih harus bikin aturan turunan untuk per jurusan, yaitu subject pre requisite yang diminta untuk jurusan tertentu," tandasnya.
Baca juga: Mas Nadiem, Jadilah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa bagi Guru Honorer
Dikutip dari Kompas.com (7/9/2022), Nadiem mengatakan bahwa penghapusan tes mata pelajaran SBMPTN ini buka tanpa alasan.
Menurutnya, selama ini tes mata pelajaran dalam SBMPTN dinilai memberikan tekanan pada guru untuk mengejar penuntasan materi pembelajaran.
Nyatanya, hal terpenting bagi seorang guru adalah menekankan pemahaman kepada para siswa.
Di sisi lain, tes mata pelajaran pada seleksi SBMPTN juga memberikan tekanan tersendiri bagi para siswa.
Sebab, siswa dituntut mengikuti berbagai bimbingan belajar agar bisa lulus tes SBMPTN. Akibatnya, tuntutan ini memberikan beban finansial maupun mental bagi murid dan orang tua.