Ki Hadjar menyamakan pendidik dengan petani yang hanya bisa menuntun tumbuhnya padi. Petani hanya bisa membangun ekosistem supaya padi tumbuh dengan subur, misalnya, dengan memberi pupuk, mengairinya, dan melindunginya dari hama.
Selebihnya petani harus takluk kepada kodrat padi. Mustahil ia memelihara padi sama seperti memelihara jagung atau kedelai.
Masing-masing memiliki kodratnya sendiri dan karenanya para pendidik dituntut untuk mengetahui kodrat para peserta didik dan kemudian menumbuhkannya.
“Pendidikan kita tidak memakai syarat paksaan. Kita tidak memakai dasar regering, tuch, en order (perintah, hukuman, dan ketertiban) sebagaimana diterapkan di Barat, akan tetapi kita memakai orde en vrede (tertib dan damai, tata-tentrem). Namun bukan berarti membiarkan, kita hanya harus memperhatikan agar anak dapat tumbuh menurut kodratnya.”
Apa yang dilakukan oleh Abah Erza sama seperti konsepsi pendidikan Ki Hadjar, tentu saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi kekinian.
Abah cukup memahami apa yang menjadi kegelisahan peserta didik yang umumnya terdiri dari kaum milenial dan generasi Z seperti personel VOB.
Abah tidak mengambil jarak dengan mereka sehingga mereka pun tidak sungkan untuk mengeluarkan semua kegelisahannya dengan bahasa mereka sendiri yang terkadang kurang sopan, bahkan kurang ajar. Tapi itu semua dipahami Abah sebagai ungkapan murni dan jujur dari peserta didiknya.
Dari hasil mendengar dan membersamai inilah, maka Abah memiliki formulasi untuk solusi permasalah pendidikan: mimpi, determinasi, literasi, dan aksi.
Mimpi atau cita-cita tinggi ditumbuhkan tanpa peduli dengan situasi dan kondisi di sekitarnya.
Personel VOB berasal dari keluarga yang sangat sederhana sehingga memaksa mereka untuk hidup mandiri dalam menyelesaikan SMA-nya.
Mimpi selain akan menggairahkan menghadapi masa depan juga berfungsi sebagai mercusuar ke mana kaki harus melangkah.
Mimpi bisa diraih hanya dengan ilmu melalui budaya literasi supaya mengetahui peta jalan dan bekal yang harus dimiliki.
Dalam setiap kesempatan Abah selalu mengingatkan pentingnya membaca buku. Abah sendiri adalah seorang penggila buku yang sering begadang untuk menuntaskan bacaannya.
Koleksi pribadinya dia bawakan kepada anak didiknya. Salah seorang personel VOB yang ketularan menjadi pecanduk buku adalah Marsya, vokalis dan gitaris yang bernas dalam setiap wawancara.
Pengetahuan akan sia-sia apabila tidak direalisasikan menjadi karya nyata. Hanya karya yang akan menjadi bukti tidak terbantahkan dari mimpi, keyakinan, dan pengetahuan seseorang.