Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Gurihnya Industri Content Creator, Milik Siapa?

Kompas.com - 05/08/2022, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Diah Ayu Candraningrum*

SUKSES viralnya Citayam Fashion Week adalah bukti nyata hasil kerja content creator. Awalnya tidak ada yang mengenal nama Bonge, Jeje, Kurma dan Roy Citayam.

Mereka hanyalah anak-anak asal daerah pinggiran, yang sekadar datang ke Jakarta untuk nongkrong.

Lantas, beberapa penyedia konten atau content creator datang ke Dukuh Atas untuk mewawancarai mereka. Hasilnya, nama-nama tersebut kemudian melejit, populer dan menjadi selebriti tanah air.

Nama-nama seleb baru asal Citayam yang dianggap sebagai pencetus fashion week jalanan itu juga melambungkan citra profesi content creator.

Seiring dengan popularitas yang terus meningkat, Bonge cs kini turut aktif membuat konten untuk akun media sosialnya.

Mereka menangguk untung karena kini menerima endorsement produk untuk dipromosikan di akun pribadinya.

Sebelum Bonge cs populer, ada beberapa nama penyedia konten yang lebih dulu akrab di ranah online.

Bagi Anda yang menjadi pengikut akun Instagram @ridwankamil milik Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil dan akun @princesssyahrini milik penyanyi kondang Syahrini, yang juga istri dari pengusaha Reino Barack, tentu tidak asing dengan konten-konten menarik yang disajikan setiap harinya.

Akun pak gubernur identik dengan informasi penting, namun dibawakan secara renyah, santai bahkan berunsur komedi.

Sedangkan akun sang penyanyi terlihat selalu menyajikan sesuatu yang indah dan elegan, meski isinya hanya seputar perayaan ulang tahun atau liburan semata. Betul-betul menyegarkan mata yang menontonnya.

Begitu juga dengan penikmat konten video podcast berjudul “Close The Door” yang digawangi oleh youtuber populer, Deddy Corbuzier.

Di akun ini, Deddy selalu menyajikan episode menarik karena membahas topik terkini serta mendatangkan dan mewawancarai orang yang saat ini tengah menjadi perbincangan hangat.

Para netizen juga gemar menonton channel Youtube Baim Paula, milik Baim Wong dan istrinya Paula Verhoeven, yang mengusung konten kebaikan dengan menolong orang kesusahan.

Mereka juga aktif membuat konten daily vlog bersama kedua anaknya, Kiano Tiger Wong dan Kenzo Eldrago Wong.

Di ranah TikTok, semua orang bisa jadi selebriti dengan banyak pengikut. Isi kontennya pun bisa disesuaikan dengan kesukaan content creator-nya.

Misalnya akun TikTok @anggun_mans yang dimiliki oleh Anggun Supriadi, yang mengkhususkan diri sebagai mukbang cabai rawit.

Mukbang adalah orang-orang yang menyiarkan diri mereka sendiri melalui internet saat sedang mengkonsumsi makanan.

Ada pula dosen Universitas Padjajaran yang aktif main TikTok. Ira Mirawati aktif mengisi konten di akunnya dengan tips-tips seputar masalah yang sering muncul di bangku perkuliahan.

Dengan akun @buiramira yang kini memiliki sekitar 669.000 pengikut, dia semakin mantap berkarya sebagai influencer di TikTok.

Merekalah para penyedia konten yang bertanggung jawab terhadap konten akun media sosialnya.

Supaya tampak menarik dan mampu mengundang banyak pengikut dan penonton, para penyedia konten ini harus memikirkan secara serius konten menarik yang bisa ditayangkan di akunnya.

Ada beberapa public figure yang mengandalkan tim konten khusus, ada pula yang memikirkan, mempersiapkan dan mengeksekusi sendiri secara detail setiap rencana unggahan di akun mereka.

Fenomena di atas menunjukkan tingginya kebutuhan konten media sosial yang berkualitas dan juga pentingnya profesi seorang penyedia konten sebagai agen komunikasi.

Menurut Kaplan dan Hainlein (2010) dalam Gerzic dan Osman (2017), seorang pencipta konten adalah pihak yang mampu menciptakan konten-konten segar yang mampu menarik perhatian para pengguna media sosial.

Saat ini konten media sosial dianggap sebagai salah satu cara komunikasi efektif untuk memberikan pemahaman kepada publik, dengan cara yang lebih fokus, penting dan mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki (Baltes, 2015) dalam Gerzic dan Osman (2017).

Tak heran, profesi penyedia konten diprediksi akan semakin dibutuhkan ke depannya.

Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, saat ini banyak pejabat dan organisasi kedinasan membutuhkan content creator sederhana untuk membuat video berdurasi pendek dengan tujuan laporan kegiatan.

Kebutuhan besar tenaga content creator juga dirasakan langsung dampaknya oleh Kang Emil, panggilan akrabnya.

Saat ini dirinya memiliki dua ajudan yang selalu mendampingi kemanapun. Ajudan pertama bertanggung jawab untuk hal-hal yang bersifat administratif, sedangkan ajudan kedua bertanggung jawab terhadap pembuatan konten di media sosial (cnbcindonesia.com, 2022).

Banyak public figure yang kini melihat keberadaan media sosial seperti YouTube, Instagram dan TikTok semakin penting untuk mendukung personal brand mereka.

Beberapa public figure juga bekerja sama dengan tim produksi konten video mereka yang sangat lengkap. Bahkan beberapa di antaranya juga sudah mendirikan perusahaan hiburan di industri digital.

Sebut saja penyanyi Syahrini yang punya 5 asisten khusus untuk mengatur penampilan, jadwal dan juga produksi konten videonya.

Ada pula tim khusus berjumlah 10 asisten yang dipekerjakan penyanyi Ashanty istri musisi Anang Hermansyah, yang beragam tugasnya dari mengurus rumah, jadwal sehari-hari hingga rutin membuat konten untuk YouTube.

Sedangkan artis Nagita Slavina bersama suaminya Raffi Ahmad, yang juga mendirikan perusahaan RANS Entertainment dengan jumlah asistennya mencapai 20 orang, di mana salah satu tugasnya adalah membantu produksi konten YouTube mereka (kapanlagi.com, 2019).

Jika sekelas gubernur dan artis memiliki tim khusus penyedia konten, hal yang sama juga berlaku bagi karyawan yang bekerja di tim Hubungan Masyarakat (Humas) organisasi pemerintah maupun swasta.

Mereka kini dituntut untuk bisa menjalin komunikasi dua arah dengan masyarakat, lewat beragam jenis konten sekaligus dari tulisan hingga pembuatan video.

Mereka juga harus mampu melakukan riset perilaku audiens sederhana dari masyarakat dan para stakeholder, dengan tujuan bisa menciptakan beragam konten dengan kualitas terbaik dan original.

Memang belum ada data pasti berapa jumlah pekerja di bidang penyedia konten kreatif di Indonesia dari lembaga yang kredibel.

Namun penyedia platform influencer marketing Famous Allstars atau FAS memperkirakan, nilai pasar industri content creator di Indonesia bisa mencapai Rp 4 triliun hingga Rp 7 triliun. Nilai ini diprediksi akan meningkat lima kali lipat pada 2027.

Ini belum memasukkan nilai produk yang dihasilkan dan juga nilai valuasi pemain di industri content creator seperti RANS Entertainment (Katadata, 2022).

Melihat perkembangan industri content creator yang sedemikian pesat, ada dua hal yang patut diperhatikan dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah.

Pertama, perihal pemberian pelatihan terkait dengan pembuatan konten yang menarik dan informatif, pemilihan kanal media sosial, perencanaan penayangan, evaluasi konten serta bekal melakukan riset sederhana untuk merancang ide, melakukan riset, membuat konsep yang matang hingga eksekusi.

Sebab tidak semua tim pengelola media sosial, baik dari organisasi maupun individu, yang memiliki kemampuan multitasking untuk menjalankan semua kegiatan.

Terlebih, masih ada anggota tim konten kreatif organisasi yang hanya dipegang oleh 1-2 orang dengan kemampuan terbatas.

Kedua, perihal peraturan yang mengatur soal hak kekayaan intelektual (HKI). Pasalnya, karya-karya para content creator yang dapat diperjualbelikan ini lahir dari kemampuan intelektual manusia lewat curahan waktu, ide, kreatifitas dan tenaga.

Alhasil, karya yang dihasilkan ini akan memiliki nilai dan manfaat ekonomi untuk dikomersialkan.

*Diah Ayu Candraningrum, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara; Mahasiswa Program Doktor Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com