Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Kali Opor Boleh Dipanaskan Ulang?

Kompas.com - 03/05/2022, 17:00 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat Hari Raya Idul Fitri masyarakat sering menyajikan olahan masakan yang mengandung santan.

Biasanya, masyarakat Indonesia menghidangkan rendang dan opor sebagai menu untuk dinikmati bersama keluarga.

Perlu diketahui bahwa rendang dan opor merupakan makanan yang mengandung santan dalam pengolahannya.

Seringkali kedua lauk tersebut tidak habis dalam satu hari, dan di hari berikutnya, akan disajikan kembali di meja makan dengan cara menghangatkannya terlebih dahulu.

Masyarakat menghangatkan masakan yang mengandung santan tersebut dengan tujuan agar sajian tidak cepat basi. Proses pemanasan ini bisa terjadi berulang-ulang.

Padahal memasak masakan yang mengandung santan berulangkali tidak baik untuk kesehatan.

Lalu, apa bahaya bagi kesehatan memakan olahan santan yang telah dipanaskan berulang kali?

Baca juga: Pengaruh Budaya Arab dan India dalam Semangkuk Opor

Lemak baik berubah menjadi lemak jenuh

Ahli Gizi Rumah Sakit Indriati Solo Baru, Rista Yulianti Mataputun, S.Gz., mengatakan bahwa makanan yang terbuat dari campuran santan tidak dianjurkan untuk dipanaskan berulang kali.

Ini berarti, hidangan rendang dan opor tidak baik dikonsumsi ketika telah dipanaskan berkali-kali.

Santan sebetulnya memiliki kandungan lemak baik, karena mengandung asam lemak dan trigliserida yang mudah dibakar oleh tubuh.

Akan tetapi, jika dipanaskan berulang kali, lemak yang terkandung pada santan akan berubah menjadi lemak jenuh.

Jika tubuh mengonsumsi lemak jenuh maka akan meningkatkan kadar kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) di dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah hingga penyakit jantung.

“Jika masakan yang mengandung santan ini dipanaskan berkali-kali, akan menimbulkan lapisan minyak. Inilah yang menyebabkan masakan tersebut menjadi berbahaya,” kata Rista dikutip dari Kompas.com, (19/5/2020).

Baca juga: Pantangan Menu Lebaran bagi Penderita Diabetes

Maksimal 3 kali dipanaskan

Banyak orang memanaskan masakan bersantan seperti rendang atau opor ketika Lebaran agar tidak mubazir membuang makanan.

Rista menyarankan agar makanan bersantan seperti rendang dan opor dipanaskan maksimal sebanyak 3 kali.

Bagi orang yang mengonsumsi masakan santan yang dipanaskan terbebut juga harus mengontrol frekuensi konsumsinya dalam sebulan sebanyak 2-3 kali saja.

Jika mengonsumsi makanan bersantan yang telah dipanaskan berulangkali, maka dapat dibarengi dengan makanan kaya nutrisi seperti buah dan sayuran.

“Saya rasa banyak orang pernah mengalaminya (makan opor dan rendang yang dipanaskan beberapa kali). Ini masih boleh tapi frekuensinya dijaga sekitar 2-3 kali per bulan saja. Namun, jelas akan lebih baik jika masakan bersantan tak dipanaskan,” ungkap Rista.

Selain itu, Rista menganjurkan jika memasak makanan yang mengandung santan sebaiknya jangan dimasak terlalu lama.

Memasak santan terlalu lama dapat menjadikan santan tersebut menjadi sumber lemak jenuh.

“Santan sebaiknya dimasukkan terakhir (ke panci atau wajan) atau yang terpenting jangan dibiarkan terlalu lama di panas,” jelas dia.

(Sumber: Kompas.com/ Penulis: Irawan Sapto Adhi | Editor: Irawan Sapto Adhi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com