Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Perempuan dan Penguasaan STEM

Kompas.com - 21/04/2022, 15:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HARAPAN Raden Adjeng (RA) Kartini agar kaum perempuan mengenyam pendidikan sama tingginya dengan kaum lelaki bisa dikatakan sudah terwujud. Kesempatan untuk menempuh pendidikan dalam bidang apapun dan setinggi apapun bagi kaum perempuan di negeri ini telah terbuka lebar.

Dalam bidang pekerjaan, hal yang sama juga terjadi. Kaum perempuan bebas memasuki lapangan kerja apapun yang disukai. Tidak ada profesi yang tertutup bagi kaum perempuan. RA Kartini dan pejuang emansipasi lain seperti Raden Dewi Sartika dan Hajjah Rangkayo Rasuna Said, tentu tersenyum bahagia melihat kemajuan perempuan Indonesia hingga saat ini.

Namun hal itu tidak berarti kaum perempuan telah sejajar dengan kaum lelaki. Dalam beberapa kasus, pekerja perempuan tidak mendapatkan hak-hak yang sama dengan pekerja lelaki, antara lain dalam penggajian.

Baca juga: Hari Kartini, Iriana Jokowi Apresiasi Peran Perempuan Indonesia Selama Pandemi

Alasan yang biasa dikemukakan adalah karena produktivitas pekerja perempuan lebih rendah daripada pekerja lelaki. Penentuan gaji/upah di perusahaan swasta sering tidak mempertimbangkan kontribusi tidak tampak dari kaum perempuan, seperti kecermatan, ketekunan, dan kepekaan sosial.

Dalam bidang politik, target 30 persen anggota parlemen adalah kaum perempuan belum pernah tercapai. Hal ini karena jumlah kandidat perempuan lebih sedikit daripada kandidat lelaki, dan masyarakat cenderung lebih memilih kandidat lelaki daripada kandidat perempuan.

Peran perempuan masih rendah

Walau tidak ada halangan untuk menempuh pendidikan dan menggapai karier, tetapi peran kaum perempuan dalam banyak bidang masih rendah, termasuk dalam bidang-bidang yang menentukan kemajuan bangsa.

Secara umum hal ini ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (2021) yang lebih rendah pada kaum perempuan (69,59 persen) daripada kaum lelaki (76,25 persen). Ini artinya peluang untuk mendapatkan penghasilan, layanan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya lebih rendah pada kaum perempuan daripada kaum lelaki.

Ketimpangan kualitas hidup antara kaum perempuan dengan kaum lelaki itu dapat berakibat besar pada generasi kemudian. Hal ini karena kaum perempuan berperan sangat besar pada perkembangan jiwa dan raga anak-anak.

Kaum perempuan yang lebih menentukan makanan apa yang diberikan pada anak-anaknya, pendidikan yang akan ditempuh, perilaku dan kebiasaan sehari-hari yang ditanamkan. Kaum pria sebagai bapak tentu juga ikut menentukan hal-hal tersebut, tetapi peran kaum perempuan sebagai ibu jauh lebih besar.

Ilustrasi perempuan di tengah dominasi laki-laki.SHUTTERSTOCK/PALTO Ilustrasi perempuan di tengah dominasi laki-laki.
Penguasaan STEM

Salah satu faktor penting untuk memajukan bangsa Indonesia di masa depan adalah penguasaan STEM (science, technology, engineering, and mathematics) pada generasi sekarang dan selanjutnya. Menguasai STEM adalah syarat untuk melakukan inovasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Inovasi sendiri diperlukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat, dalam bidang seperti ekonomi, kesehatan, politik, dan kebudayaan. Tanpa inovasi yang terus menerus dalam berbagai bidang kehidupan, suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa-bangsa lain.

Inti dari STEM adalah matematika, yang merupakan cara berpikir sistematis untuk mengurai masalah kehidupan. Hukum-hukum alam tersusun atas dasar hubungan antara unsur-unsur yang terukur. Dua atom hidrogen bergabung dengan satu atom oksigen membentuk satu molekul air (H2O).

Baca juga: Apa Peran Perempuan dalam Mengembangkan Dunia Teknologi?

Senyawa kimia lain yang ada di alam terbentuk dari kombinasi atom-atom dalam hubungan matematik tertentu, yang diketahui setelah dilakukan penelitian secara seksama. Albert Einstein tentu menemukan rumus E=MC2 setelah melalui proses pemikiran yang mendalam.

Pemahaman terhadap sifat-sifat unsur kimia berguna untuk menghasilkan benda-benda baru yang bermanfaat bagi kehidupan, termasuk gawai yang sedang kita pegang.

Ilmu pengetahuan sosial juga menggunakan rumus-rumus matematika dalam mencermati fenomena kehidupan, seperti laju inflasi, atau tingkat keterpilihan kandidat presiden.

Matematika sebagai bahasa ilmu pengetahuan perlu dikuasai oleh setiap manusia Indonesia masa kini untuk menjadi bangsa peneliti di kemudian hari. Kaum perempuan sangat berperan dalam membentuk generasi masa depan yang menguasai STEM dan menerapkannya untuk mencari inovasi yang menjadi solusi bagi masalah bangsa. Kaum perempuan perlu memberi dorongan kepada generasi baru untuk mengakrabi STEM, agar tidak asing dengan ekosistem riset, dalam berbagai bidang kehidupan.

Menghadapi tantangan itu, kaum perempuan perlu berani berpikir, berani bersikap, dan berani bertindak untuk membangun bangsa Indonesia yang maju, bermartabat dan bermanfaat bagi dunia termasuk alam semesta.

Selamat Hari Kartini!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com