Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populer Sejak Zaman Majapahit, Jamu Diajukan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO

Kompas.com - 13/04/2022, 13:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemerintah menetapkan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda yang akan diajukan ke UNESCO pada tahun ini.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap mengatakan bahwa jamu merupakan warisan budaya tak benda yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh selama wabah pandemi Covid-19 terjadi.

Pengajuan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia ke UNESCO ini akan membuat budaya minum jamu semakin dikenal di kancah internasional.

Guna mempersiapkan hal tersebut, Tim Riset Jamupedia yang berada di bawah bimbingan konsultan ahli Gaura telah melakukan persiapan sesuai dengan standar dan kaidah yang telah ditetapkan oleh UNESCO.

Riset yang dilakukan sejak Juni 2021 itu melibatkan ratusan pelaku langsung Budaya Sehat Jamu yang meliputi perajin jamu, penjual jamu gendong, hingga konsumen jamu yang ada di 4 provinsi di Indonesia.

Baca juga: Mengenang Jasa Slamet Mulyono Bapak Jamu Gendong

Sejarah jamu di Indonesia

Jamu terbukti secara historis sebagai pengetahuan asli bangsa Indonesia yang telah digunakan selama ribuan tahun dari generasi ke generasi.

Budaya minum jamu di Indonesia merupakan suatu upaya untuk menjaga kesehatan tubuh.

Dilansir dari Kompas.com, sejarah jamu di Indonesia sudah lahir sejak zaman kerajaaan.

Studi yang dilakukan Deby Lia Isnawati dan Sumarno dari Universitas Negeri Surabaya mencatat, pengetahuan mengenai ilmu kesehatan di Indonesia sudah mulai terlihat sejak masa klasik, tepatnya pada periode Kerajaan Hindu dan Buddha.

Hal tersebut dibuktikan dengan relief Kharmawibhangga di Candi Borobudur berangka 722 Masehi yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram pada masa Raja Syailendra.

Baca juga: Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, Bagaimana Sejarah Jamu?

Peninggalan sejarah lainnya yang mencatat sejarah jamu di Indonesia juga ditemukan di Prasasti Madhawapura. Prasasti tersebut menuliskan adanya sebuah profesi peracik jamu yang disebut “Acaraki”.

Kebiasaan minum jamu juga tertulis di relief Candi Surowo, Candi Rambi, dan kutipan dari Kitab Korawasrama di Jawa Timur yang menunjukkan bahwa kebiasaan minum jamu sering dilakukan dalam pengobaan tradisional.

Perkembangan jamu di Indonesia semakin pesat di masa Kerajaan Majapahit. Saat itu jamu semakin dikenal oleh masyarakat dan digunakan sebagai obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan beragam penyakit.

Saat itu, terdapat 8 jenis jamu. Di antaranya kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup, dan sinom.

Adapun pada masa penjajahan Indonesia, kebiasaan minum jamu juga kembali populer khususnya pada masa penjajahan Jepang, yakni sekitar 1940-an. Hal itu ditandai dengan dibentuknya Komite Jamu Indonesia.

Baca juga: Jamu Menjadi Tuan di Negeri Sendiri

Kepopuleran jamu meningkat sejak pandemi Covid-19Freepik/jcomp Kepopuleran jamu meningkat sejak pandemi Covid-19

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com