SEBAGAI anggota Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Jamu serta masyarakat pemerhati jamu sebagai warisan kebudayaan leluhur Indonesia, saya merasa sangat berduka atas wafatnya Bapak Slamet Mulyono di Jakarta pada dini hari 22 Juni 2021.
Saya pribadi mau pun sebagai warga Indonesia yang cinta kebudayaan Indonesia merasa sangat kehilangan seorang tokoh pengabdi jamu yang sangat berjasa dalam pelestarian dan pengembangan warisan pelayanan kesehatan leluhur Indonesia khususnya jamuteria (warung seduhan jamu) dan jamu gendong.
Baca juga: Sudah Ada sejak Zaman Hindu Buddha, Ini Sejarah Jamu Gendong
Saya adalah saksi hidup bahwa Bapak Slamet Mulyono ikut berjasa merintis penyelenggaraan Festival Jamu Gendong pertama di dunia pada awal dasawarsa 80an abad XX di Semarang sebelum membina puluhan ribu jamu gendong di Jabotabek yang kemudian berkembang menjadi gelanggang pemilihan Ratu Jamu Gendong.
Festival Jamu Gendong beriringan dengan pemilihan Ratu Jamu Gedong diselenggarakan secara berkala sampai masa kini.
Baca juga: Cerita Nanik, Keliling Menjual Jamu Gendong di Jakarta Sejak 1984
Semua itu dilakukan secara penuh kerendahan hati rame ing gawe sepi ing pamrih sebab almarhum memang tidak pernah menonjolkan diri sendiri dalam mengabdikan dirinya bagi jamu sebagai warisan kebudayaan leluhur bangsa, negara dan rakyat Indonesia.
Slamet Mulyono adalah Bapak Jamu Gendong.
Maka dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri mewakili masyarakat pemerhati jamu untuk bersujud memohon Yang Maha Kasih berkenan menerima arwah Bapak Slamet Mulyono di sisi Yang Maha Kasih. Amin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.