Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Memanfaatkan Modal Sosial demi Keunggulan Bangsa

Kompas.com - 28/03/2022, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MODAL sosial adalah konsep modern yang memainkan peran penting dalam organisasi, masyarakat, dan pemerintahan. Dalam bukunya Social Capital Theory (2011), Julia Häuberer menyatakan bahwa Pierre Felix Bourdieu (1930-2002) dan James S Coleman (1926-1995) adalah teoretikus penggagas konsep modal sosial karena pada 1970-an mereka pertama kali memperkenalkan istilah modal sosial secara sistematis.

Meskipun mereka melakukannya hampir bersamaan, tetapi keduanya memperkenalkan istilah itu secara independen satu sama lain.

Sejatinya, konsep modal sosial yang keduanya usulkan dimaksudkan untuk dipakai di bidang sosiologi. Namun, lambat laun konsep ini masuk ke bidang ekonomi, manajemen bisnis, dan kemudian tata kelola pemerintahan.

Baca juga: Kebinekaan sebagai Modal Sosial

Lima klaster indikator

Solability, penerbit The Global Sustainable Competitiveness Index, menjelaskan bahwa modal sosial suatu bangsa adalah jumlah stabilitas sosial dan kesejahteraan (dirasakan atau nyata) dari seluruh penduduk.

Modal sosial menghasilkan kohesi sosial dan tingkat konsensus tertentu, yang pada gilirannya memberikan lingkungan ekonomi yang stabil, dan mencegah sumber daya alam dieksploitasi secara berlebihan.

Selain karena pengaruh sejarah dan budaya lokal, konsensus sosial dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sistem perawatan kesehatan dan ketersediaan/keterjangkauan universal (mengukur kesehatan fisik); kesetaraan pendapatan dan aset, yang berkorelasi dengan tingkat kejahatan; struktur demografis (untuk menilai keseimbangan generasi masa depan dalam suatu masyarakat); kebebasan berekspresi dan kebebasan dari rasa takut; dan tidak adanya konflik kekerasan.

Oleh karena itu, ketika menyusun ‘Indeks Modal Sosial’, Solability mendasarkan diri pada lima klaster indikator berikut: 1).Kluster kesehatan meliputi ketersediaan pelayanan kesehatan, kematian anak, keluarga berencana; 2).Klaster kesetaraan meliputi kesetaraan pendapatan, kesetaraan sumber daya, dan kesetaraan gender; 3).Kluster kriminalitas meliputi pencurian, aksi kekerasan, dan populasi penjara; 4).Kluster kebebasan meliputi kebebasan pers, hak asasi manusia, dan konflik kekerasan; dan 5).Kluster kepuasan meliputi kebahagiaan individu, angka bunuh diri, dan kepuasan pelayanan publik.

Indeks modal sosial Indonesia

Secara global, peringkat Indeks Modal Sosial 2021 dipimpin oleh negara-negara Eropa Utara (Skandinavia). Dari 180 negara yang disurvei, yang masuk dalam kelompok 20 teratas dalam sub-indeks Modal Sosial didominasi oleh negara-negara Eropa Barat dan Baltik.

Dari kawasan Asia hanya Korea Selatan (13), Jepang (15), dan Singapura (16) yang masuk dalam kelompok 20 besar.

Uni Emirat Arab berada di peringkat 23, Arab Saudi 52. Sedangkan, Irak berada pada posisi terakhir, 180, dengan indeks 29,7.

Amerika Serikat, karena tingkat kejahatan yang tinggi, ketersediaan layanan kesehatan yang rendah, dan meningkatnya ketidaksetaraan, berada di peringkat 95, tepat di bawah Trinidad.

Inggris berada di peringkat 46, mencerminkan tatanan sosial yang memburuk. China berada di peringkat 32, Rusia 88, India 123, dan Brasil 128.

Negara-negara Amerika Selatan dengan peringkat tertinggi adalah Kosta Rika (54), Ekuador (63), dan Chili (68); negara-negara Afrika dengan peringkat tertinggi adalah Burkina Faso (81). Niger (84), dan Tunisia (86).

Sebagian besar negara Afrika, khususnya di dalam dan selatan zona Sahel, berada di urutan terbawah daftar ini, karena kombinasi dari rendahnya ketersediaan layanan perawatan kesehatan dan kematian anak, kebebasan berekspresi yang terbatas, dan situasi hak asasi manusia yang tidak stabil.

Lalu, di mana posisi Indonesia? Menurut Solability, Indeks Modal Sosial Indonesia berada di peringkat 74 dengan skor 46.1, sedikit lebih rendah dari sata-rata skor daya saing berkelanjutan adalah 45,3, kurang dari 50 persen dari kemungkinan skor terbaik dan skor tertinggi adalah 61,8 (peringkat 1).

Baca juga: Anak Muda dan Modal Sosial

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com