Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Soesilo Toer, Roda Pedati Kehidupannya yang Berelasi dengan Law of Rhythm

Kompas.com - 24/03/2022, 21:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Roda Pedati Hidup

Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, berkesempatan menemui Soesilo Toer dalam sesi bincang-bincang untuk podcast Beginu. Dalam podcast tersebut, Wisnu bertanya tentang keyakinan hidup yang Soes sering katakan, yaitu roda pedati kehidupan.

“Roda pedati dihayati sebagai hidup yang terus bergerak,” ujar Soes.

Ketika ditanya oleh Wisnu perihal bagaimana “kondisi” roda pedati itu sekarang ini, lelaki berusia 85 tahun tersebut menjawabnya dengan santai. “Ya di tengah, lah,” jawabnya sambil tertawa.

Soes mengaku bahwa ia pernah berada di titik atas roda pedati, yaitu ketika dirinya berada di luar negeri. “Di luar negeri saya kan kaya, saya mahasiswa dapat beasiswa. Kerja sebagai editor, menulis artikel di radio Rusia bahasa Indonesia. Itu roda pedati di atas,” ungkapnya.

“Saya sebulan ada 300 sampai 400 rubel (mata uang Rusia), sehari makan 1 rubel cukup,” tambah Soes.

Ia juga bercerita bahwa pada saat itu, setiap minggunya ia makan di restoran termahal di Moscow.

Kini, situasi berubah untuk diri dan keluarganya. Akan tetapi, Soes tetap bersemangat menjalani hidup. “Sekarang roda pedati saya di tengah, tetap menikmati. Di bawah ya nikmat, di atas ya nikmat,” ucapnya.

Law of Rhythm

Kepercayaan tentang roda pedati kehidupan oleh Soes mirip dengan suatu hukum kehidupan yang bernama Law of Rhythm.

Menurut situs A Little Spark of Joy, Law of Rhythm merupakan bagian dari 12 hukum semesta yang mengajarkan manusia untuk menemukan keunikan dan hal-hal penting dari kebahagiaan, kesejahteraan, dan takdir.

Ada yang menganggap hukum ini berasal dari filsafat Mesir Kuno, ada juga yang menganggap dari kebudayaan Hawaii Kuno.

Baca juga: Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1)

Lebih lanjut, Law of Rhythm mengajarkan manusia untuk bisa berfokus melihat kehidupan sebagai suatu ritme alami. Ritme-ritme alami ini dapat dilihat dalam bentuk pasang-surut lautan, proses penuaan manusia, atau revolusi bumi yang menciptakan perbedaan musim.

Selain itu, hukum tersebut mengajarkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan memiliki siklus yang secara alami berlanjut tanpa gangguan. Ia mengajarkan kesabaran dan kepercayaan kepada alam semesta.

Hukum ini terus bekerja, membawa manusia berada di ritme atas, di tengah, maupun di bawah. Untuk itu, perlu diingat bahwa jangan mengikatkan diri kepada ritme, tetapi biarkan diri mengalir bersamanya.

Jika kamu masih penasaran dengan kisah hidup Soesilo Ananta Toer dan pandangan-pandangan filosofisnya, dengarkan “Cakar Buaya, Aksi Memulung, dan Roda Pedati Hidup” dalam podcast Beginu di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://dik.si/beginu_soesilo.

Podcast Beginu dikelola oleh Medio Podcast Network by KG Media yang mengulas pergumulan hidup manusia bersama Wisnu Nugroho, Jurnalis, Penulis, dan Pemimpin Redaksi Kompas.com.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com