KOMPAS.com – Kasus Covid-19 pada anak-anak mengalami peningkatan yang signifikan sejak akhir Januari lalu hingga pekan awal Februari.
Dikutip dari Kompas.com, Minggu (20/2/2022), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, per 24 Januari 2022 kasus Covid-19 pada anak masih di angka 676 kasus.
Sepekan kemudian, 31 Januari 2022, jumlahnya sudah meningkat menjadi 2.775 kasus. Hingga tanggal 7 Februari 2022, tercatat sudah ada 7.190 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di kalangan anak.
Kondisi tersebut tidak hanya mempengaruhi kondisi kesehatan anak, namun juga kondisi kesehatan mentalnya.
Selama pandemi terjadi, anak-anak menjadi salah satu kelompok yang mengalami adaptasi cukup besar. Mulai dari perubahan aturan pembelajaran hingga perubahan rutinitas sehari-hari.
CDC melaporkan, Jumat (18/2/2022), ada peningkatan jumlah kunjungan di rumah sakit yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental pada anak.
Baca juga: UPDATE Corona 3 November: CDC AS Dukung Penggunaan Luas Vaksin Covid-19 pada Anak-anak
Menurut CDC, jumlah kunjungan Unit Gawat Darurat untuk anak mengalami penurunan sejak tahun 2020, 2021, dan Januari 2022.
Kendati demikian, kunjungan Unit Gawat Darurat khusus anak yang terpapar infeksi Covid-19 justru meningkat.
Bahkan peningkatan ini juga diikuti dengan beberapa laporan penyakit kronik dan masalah kesehatan, terutama pada anak-anak di usia 5-11 tahun dan remaja yang berusia 15-17 tahun.
CDC memprediksi beberapa faktor yang menjadi penyebab kenaikan masalah kesehatan pada anak ini. Di antaranya adalah karena kondisi finansial para orang tua, masalah kesehatan mental bawaan, kehilangan orang tua selama pandemi, dan gangguan rutinitas yang dialami selama pandemi Covid-19.
Studi kedua yang dilakukan CDC menemukan fakta bahwa gadis remaja berusia 12-17 tahun menjadi penyumbang terbesar dalam jumlah kunjungan gawat darurat untuk kondisi kesehatan mental pada tahun 2020, 2021, dan pada Januari 2022.
Baca juga: Pandemi dan Fenomena Seputar Kesehatan Mental Remaja
Baik anak-anak maupun remaja memiliki risiko terkena gangguan kesehatan mental selama pandemi Covid-19.
Dr Christin Wibhowo, psikolog dari Unika Soegijapranata Semarang, mengatakan bahwa potensi gangguan kesehatan yang sudah dimiliki akan muncul apabila anak tersebut kurang beradaptasi di masa pandemi.
“Potensi-potensi gangguan yang sudah dia miliki jadi seperti bermunculan gitu. Tapi itu bukan karena pandeminya saja ya. Tetapi karena dia kurang bisa menyesuaikan diri,” jelasnya, saat dihubungi oleh Kompas, Senin (21/2/2022).
Masalah ini bisa timbul misalnya pada penggunaan ponsel. Anak-anak yang terbiasa menggunakan ponsel hanya untuk bermain, biasanya akan menemui kesulitan ketika harus melakukan pembelajaran online melalui ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.