Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Impor Meroket, Pemerintah Dinilai Kurang Perhatian pada Kedelai Lokal

Kompas.com - 17/02/2022, 10:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para pengusaha tahu dan tempe mengeluhkan tingginya harga kedelai. Akibatnya, harga kedua jenis pangan masyarakat itu pun terancam naik.  

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan, ada kenaikan harga kedelai impor di dalam negeri seiring dengan harga kedelai global yang mengalami peningkatan.

Berdasarkan data yang dilaporkan Kemendag, harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau berkisar di Rp 11.240 per kilogram.

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mengatakan, ketergantungan kedelai impor mengakibatkan produk turunan kedelai sangat sensitif terhadap harga kedelai di level global.

"Ketika ada gejolak kedelai impor, itu akan berdampak pada kelangkaan, imbasnya akan ada kenaikan produk-produk turunan kedelai, seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan lain-lain," kata Sudaryatmo kepada Kompas.com, Rabu (16/2/2022).

Baca juga: Harga Kedelai Mahal, Pengusaha Tahu Kurangi Produksi

Ia pun menyoroti kurangnya perhatian pemerintah pada produksi kedelai lokal.

Menurutnya, pemerintah kerap menyederhanakan persoalan kesenjangan antara permintaan dan pasokan, dengan cara impor.

Karena itu, menurut Sudaryatmo, paradigma tersebut harus segera diubah.

Sudaryatmo menjelaskan, kurangnya komitmen pemerintah dalam produksi kedelai dalam negeri terlihat dalam Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang justru mereduksi UU Pangan.

Dia menyebutkan, dalam UU Pangan, untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri mengutamakan produk dalam negeri, sehingga produksi harus menjadi perhatian. 

"Tapi dalam UU Ciptaker, antara produk dalam negeri dan produk impor itu diperlakukan sama yang penting kebutuhan dipenuhi. Jadi dari sisi regulasi memang pemerintah kurang perhatian," ungkap dia. 

Ia menuturkan, pemerintah seharusnya menugaskan Bulog untuk memiliki cadangan kedelai. Nantinya, cadangan kedelai ini bisa dilepas ketika terjadi kenaikan harga di level global.

"Kalau pemerintah menganggap kedelai sebagai kebutuhan esensial ya harus begitu. Jadi ketika ada gejolak harga di pasar global, dampaknya tidak langsung terasa ke produsen tahu dan tempe," ujarnya.

Baca juga: Harga Kedelai Tak Terkendali, Perajin Tahu Tempe Mogok Produksi 3 Hari

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com