Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rare Earth, Potensi Logam Tanah Jarang di Lumpur Lapindo

Kompas.com - 24/01/2022, 17:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Kualitas-kualitas ini juga membuat mereka sulit untuk dimurnikan.

Metode produksi saat ini membutuhkan banyak bijih dan menghasilkan banyak limbah berbahaya untuk mengekstrak hanya sejumlah kecil logam tanah jarang.

Limbah dari metode pengolahan termasuk air radioaktif, fluor beracun, dan asam.

Baca juga: Hilirisasi Logam Tanah Jarang Belum Optimal, Ini Kendalanya

Kegunaan rare earth

Rare earth adalah komponen dalam banyak teknologi yang sudah dikenal, termasuk smartphone, lampu LED, dan mobil hybrid.

Beberapa elemen tanah jarang digunakan dalam penyulingan minyak dan tenaga nuklir.

Selain itu, penting untuk turbin angin dan kendaraan listrik. Penggunaan yang lebih khusus terjadi di bidang kedokteran dan manufaktur.

Mengutip laman American Geo Sciences, rare earth element adalah komponen penting dari lebih dari 200 produk di berbagai aplikasi.

Di antaranya, produk konsumen berteknologi tinggi, seperti telepon seluler, hard drive komputer, kendaraan listrik dan hibrida, serta monitor layar datar dan televisi.

Selain itu, unsur rare earth juga digunakan dalam usaha pertahanan yang signifikan, seperti tampilan elektronik, sistem panduan, laser, dan sistem radar dan sonar.

Jumlah rare earth element (REE) yang terkandung dalam suatu produk beragam. Ada yang sedikit. Ada juga yang banyak.

Misalnya, pada motor spindel dan kumparan suara desktop dan laptop hanya membutuhkan sedikit kandungan REE.

Baca juga: Logam Tanah Jarang Jadi Harapan Indonesia Mengembangkan Mobil Listrik

Sejarah rare earth

Istilah rare earth diciptakan ketika sebuah batu hitam yang tidak biasa digali oleh seorang penambang di Ytterby, Swedia, pada 1788.

Bijih itu disebut "rare (langka)" karena belum pernah terlihat sebelumnya dan "earth (bumi)" karena itu adalah geologis abad ke-18, istilah untuk batuan yang dapat larut dalam asam.

Pada 1794, ahli kimia Johan Gadolin menamai "bumi" yang sebelumnya tidak dikenal ini yttria.

Seiring waktu, tambang di sekitar Ytterby mengekstraksi batuan yang menghasilkan empat elemen yang dinamai sesuai kota (yttrium, ytterbium, terbium, dan erbium).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com