Ciri terakhir itu adalah sebuah mekanisme pertahanan yang dimiliki kodok tebu, dan racun mereka sangat berbahaya bagi anjing yang mungkin menjilat atau menggigitnya.
Petani lokal mengatakan kepada relawan bahwa mereka telah menyadari keberadaan kodok berukuran besar ini selama beberapa waktu, tetapi tidak pernah melaporkannya.
"Petani Taiwan umumnya mengabaikan kodok dan bahkan menganggap kodok sebagai pertanda nasib baik ketika mereka menemukannya, karena mereka membantu membersihkan tanah dari hama dan juga merupakan simbol keberuntungan," jelas Yang.
"Tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa ini adalah spesies invasif dari negeri asing," ujar dia.
Pejabat konservasi dan sukarelawan lingkungan telah bekerja tanpa henti untuk melakukan pencarian kodok-kodok ini.
Perimeter pencarian kodok bahkan telah diperluas hingga radius 4 kilometer ke seluruh kota.
Sejauh ini lebih dari 200 kodok tebu dengan berbagai ukuran telah ditangkap dan ditempatkan di Lembaga Penelitian Spesies Endemik.
Kodok tebu termasuk di antara daftar "100 Spesies Asing Invasif" yang disusun oleh Grup Spesialis Spesies Invasif (ISSG), sebuah badan penasihat internasional yang terdiri dari ilmuwan dan pakar kebijakan.
Akan tetapi, kodok adalah simbol kekayaan, umur panjang, dan keberuntungan dalam budaya Tiongkok. Mereka juga digunakan dalam ilmu pengobatan China dan totem mereka umum di feng shui untuk menangkal nasib buruk.
"Di bagian depan toko, Anda dapat menemukan totem kodok, gambar, dan bahkan kodok hidup yang sebenarnya. Ini adalah simbol nasib baik dan keberuntungan," kata Lin, seorang peneliti amfibi.
Sampai tahun 2016, impor kodok tebu ke Taiwan sebagai hewan peliharaan masih legal.
Peneliti meyakini bahwa sejak impor dilarang, orang mulai membiakkan kodok tebu secara lokal dan beberapa telah melarikan diri atau dibuang oleh pemiliknya.
Sejauh ini, tidak ada penampakan kodok tebu lain yang dilaporkan di Taiwan, dan Yang optimistis bahwa mereka dapat menghentikan penyebarannya.
"Musim semi berikutnya selama musim kawin adalah saat kita benar-benar tahu pasti apakah kita telah mengendalikannya," kata Yang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.