Menurut Eko, Badan Geologi saat ini masih memonitor penyebab pasti erupsi Semeru, Sabtu (4/12/2021) sore.
Ia menjelaskan, setidaknya ada tiga kali erupsi susulan usai ledakan besar kemarin, yaitu pukul 00.30 WIB, setelah subuh pukul 05.00 WIB, dan pada pukul 10.00 WIB.
Dua erupsi pertama menurut dia tidak terlihat jelas seberapa jauh arah gugurannya karena visualisasi tertutup kabut.
"Kemudian yang jam 10.00 WIB masih bisa terpantau, lebih kurang 2 kilometer luncurannya dari puncak. Mungkin sedikit menurun jarak luncurnya dengan yang Sabtu kemarin yang lebih besar," tambahnya.
Baca juga: Status Waspada Gunung Semeru dan Update Dampak Erupsinya...
Terkait jarak luncur awan panas guguran pada erupsi besar, pihaknya belum mendapat data pasti.
Sebelumnya, ahli Vulkanologi Surono atau akrab disapa Mbah Rono mengingatkan, potensi paling bahaya dari Gunung Semeru adalah awan panas guguran.
Menurutnya, Semeru termasuk gunung yang sangat aktif membentuk kuba lava.
"Apabila kuba lava ini gugur dan dengan volume yang sangat besar, maka bisa diikuti dengan awan panas guguran," kata Mbah Rono, dikutip dari tayangan Breaking News Kompas TV, Minggu (5/12/2021).
"Berbeda dengan awan panas letusan, kalau awan panas letusan itu keluar saat terjadi letusan. Ini adalah awan panas guguran," sambungnya.
Ia menjelaskan, awan panas guguran ini sudah berlangsung dan mengarah ke tenggara sekitar 5 kilometer.
Baca juga: Benarkah Tak Ada Peringatan Dini Erupsi Semeru? Ini Tanggapan PVMBG