Sampai akhirnya orang-orang menyebut nama varian ini dengan nama tempat varian terdeteksi. Misalnya varian Inggris atau varian Afrika Selatan.
”Itulah alasan besar lainnya mengapa WHO pindah ke sistem penamaan Yunani," kata Rasmussen.
Praktik menggambarkan varian berdasarkan tempat mereka pertama terdeteksi berisiko terhadap stigmatisasi dan diskriminatif.
Baca juga: Peringatan Epidemiolog soal Varian Baru Virus Corona B.1.1.529
Praktik penamaan virus berdasarkan wilayah juga secara historis menyesatkan.
Rasmussen mencontohkan virus Ebola, yang diambil dari nama sungai yang sebenarnya jauh dari tempat virus itu muncul. Begitu juga dengan Flu Spanyol.
“Flu Spanyol bukan berasal dari Spanyol. Kami tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ada kemungkinan yang sangat bagus itu muncul dari AS," ungkap dia.
Maka dari itu, dengan kebijakan penamaan yang baru ini, WHO mendorong otoritas nasional dan media untuk mengadopsi label baru ini.
Baca juga: Simak, Ini Penjelasan WHO tentang Varian Baru Corona B.1.1.529