Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Sebuah unggahan menyebut bahwa sayur pakir berbahaya karena menyebabkan kanker, beredar di media sosial Facebook.
Dalam narasi yang beredar itu, pakis disebut mengandung spora berpembuluh, yang bisa menghasilkan terpenol glucoside penyebab kanker lambung.
Dari konfirmasi yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com, tidak benar bahwa sayur pakis yang biasa dikonsumsi bisa menyebabkan kanker.
Menurut ahli gizi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes., ada beberapa jenis pakis tertentu yang mengandung senyawa berbahaya, seperti ptaquilosida.
Akan tetapi, pakis yang biasa dikonsumsi seperti pakis sayur atau Diplazium esculentum tidak berbahaya jika dimasak dengan benar.
Informasi sayur pakis menyebabkan kanker diunggah oleh akun ini, ini, dan ini di Facebook.
Narasi tersebut mengimbau pembacanya untuk berhenti makan sayur pakis karena mengandung terpenol-glucoside yang bisa menyebabkan kanker lambung.
Berikut narasi lengkapnya:
Mohon share agar makn banyak orang yg tau! Pengetahuan itu berharga. Pakis berbahaya. Pakis adlh tumbuhan penyebab cancer, tumbuhan ini sangat racun, tak ada serangga yg berani makan. Mohon tdk lg makan tumbuhan ini, tumbuhan ini akan menyebabkan cancer lambung. Akibat makan miding atau paku/pakis, orang-orang Sarawak pengidap cancer lambung paling tinggi. Paku-pakuan adlh tumbuhan spora berpembuluh. Dalam proses metabolisma menghasilkan terpenol-glucoside, yg dipastikan sbg zat penyebab utama cancer tumbuhan spora berpembuluh.
Terkait informasi tersebut, ahli gizi FKKMK UGM Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes., menjelaskan, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan adanya kandungan terpineol glucoside dalam tumbuhan paku atau pakis.
Perlu diketahui ada berbagai macam tumbuhan paku atau pakis. Pada beberapa jenis pakis terdapat kandungan ptaquilosida (PTA).
"Beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa sayur pakis menyebabkan kanker, kemungkinan kesalahan dalam proses pengolahan, maupun kesalahan memilih jenis pakis," terang Toto, Selasa (16/11/2021).
Mengutip Environmental Sciences Europe, 25 February 2021, PTA memang normal ditemukan di tumbuhan paku-pakuan di atas maupun di bawah permukaan tanah.
Namun, secara alami hujan akan membersihkan PTA yang dilepaskan dari populasi tumbuhan paku yang seringkali meluas hingga ratusan hektar, yang dapat mengakibatkan kontaminasi tanah dan air tanah.
PTA pada pakis sensitif terhadap air dan pH, sehingga jika merendam pakis dengan air dan garam, maka kemungkinan besar PTA akan berkurang.