Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai, Gelombang Covid-19 di Indonesia Biasa Terjadi Setelah Eropa

Kompas.com - 16/11/2021, 14:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus infeksi virus coroba di sejumlah negara terpantau telah menurun, namun di beberapa negara lainnya kasus justru tengah meningkat.

Di Indonesia, kasus infeksi baru dalam beberapa waktu terakhir mengalami tren melandai, berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, rata-rata kasus infeksi baru harian ada di rentang 200-400an kasus.

Namun, Indonesia diprediksi bisa mengalami peningkatan kasus atau gelombang ketiga Covid-19 di akhir tahun ini hingga awal 2022 nanti.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Eropa, Alarm bagi Indonesia

Bersiap kemungkinan terburuk

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, prediksi bisa saja tidak tepat, bahkan bisa juga sama sekali tidak terjadi.

Namun menurut dia tidak ada salahnya jika semua pihak bersiap untuk setiap kemungkinan terburuk yang ada.

Meski kondisi pandemi di Indonesia mengalami tren penurunan, namun Dicky mengingatkan adanya gelombang yang biasanya akan terjadi di Indonesia setelah gelombang Covid-19 melanda Eropa.

"Sebagai gambaran, setiap Eropa bergolak atau mengalami gelombang yang besar itu Indonesia juga akan mengalami, terutama ketika gelombang itu cukup besar," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (15/11/2021).

Dicky menyebut, jarak antara gelombang Covid-19 yang terjadi di Eropa dan Indonesia sekitar 3-4 bulan. 

Ledakan kasus Covid-19 di Eropa

Ia menjelaskan, saat ini sebagian negara di Eropa tengah mengalami ledakan kasus atau gelombang infeksi Covid-19. 

Kondisi tersebut bisa terjadi di Indonesia selang beberapa bulan. 

Menurut Dicky, kondisi saat ini setiap negara tidak lagi dapat terisolasi. Sehingga kenaikan kasus infeksi yang terjadi di belahan dunia lain bisa saja terjadi di Indonesia melalui perpindahan atau mobilitas manusia.

"Saat ini, sebagian negara Eropa sudah (meledak) walaupun cakupan vaksinnya sudah lebih dari 60 persen, beberapa sudah mengalami kenaikan dan sudah bersiap menjalani mekanisme lockdown, bahkan beberapa negara Eropa sudah melakukan mekanisme lockdown itu," terang Dicky.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kasus Pertama Virus SARS Terdeteksi di China

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com