Tiga angka Indonesia masing-masing disumbangkan oleh Hastomo Arbi (tunggal), Christian Hadinata/Hadiwibowo (ganda), dan Kartono/Liem Swie King.
Kemenangan Indonesia itu sekaligus mengakhiri teror beregu putra China dalam rentang 1980-1982 atas Indonesia.
Sebelum ini, tiga kali beruntun regu bulu tangkis putra Indonesia dikalahkan China dalam dwilomba di Singapura (1980), Piala Thomas (1982), Asian Games (1982).
Thomas Cup digelar 22 April-4 Mei 1986 di Jakarta.
Dalam pertandingan final Piala Thomas saat itu, tim Thomas Cup Indonesia kalah dengan skor 2-3 dari China.
Harian Kompas, 5 Mei 1986, menggambarkan kekalahan Indonesia dari China pada final Thomas Cup 1986 sebagai tragedi paling hitam dalam perjalanan bulu tangkis Indonesia.
Dikalahkan di kandang sendiri, Istora Senayan, yang selama ini ditakuti lawan.
Pada partai terakhir, ganda Indonesia King/Bobby yang menentukan nasib Indonesia, kalah dari pasangan Tian Bingyi/Liong Yongbo, 13-15 dan 9-15.
Sementara, dua angka yang sempat direbut Indonesia berasal dari kemenangan Lius Pongoh yang mengalahkan Ding Qiqing, dan Christian Hadinata/Hadiwibowo yang mengalahkan Zhou Jincan/Zhang Qiang.
Setelah 1986, Indonesia baru berjumpa lagi dengan China pada final Piala Thomas 2000. Bertanding di Kuala Lumpur, Malaysia, Indonesia menang 3-0.
Pintu kemenangan Indonesia dibuka Hendrawan yang dengan tenang dan taktis mengalahkan Xia Xuanze, sebagaimana diberitakan Harian Kompas, 22 Mei 2000.
Hendrawan yang kini menjadi pelatih tunggal putra pelatnas Malaysia, bertanding 3 set sebelum akhirnya menang 11-15, 15-7, 15-9.
Begitu angka pertama diraih Indonesia, para pemain China bermain dalam tekanan tinggi. Pasangan Yu Jinhao/Chen Qiqiu tampil tidak sekuat saat menghadapi pasangan Korea Selatan pada babak penyisihan grup.
Pasangan China ini akhirnya menyerah 15-9, 15-2 atas ganda Indonesia, Tony Gunawan/Rexy Mainaky dalam waktu 43 menit.
Taufik Hidayat menggenapkan kemenangan Indonesia dengan mengalahkan tunggal China, Ji Xinpeng dengan skor 15-9 17-14.